Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ratusan Pengungsi Rohingya Diusir, Mahfud Singgung Tsunami Aceh 2004

Mahfud MD saat di Ponpes Buduran Sidoarjo. Dokumentasi Istimewa

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD menyinggung mengenai bencana gempa dan tsunami Aceh yang terjadi pada 2004 lalu ketika berkomentar mengenai peristiwa pengusiran ratusan pengungsi Rohingya.

Ia mengatakan, ketika gempa berkekuatan magnitudo 9,3 menggoyang Aceh yang disusul tsunami, warga dari seluruh dunia memberikan bantuan. 

"Masak sekarang tidak mau menolong (pengungsi Rohingya)? Ada orang yang mengatakan begitu. Ya, sekarang kita tolong," ujar Mahfud di Sidoarjo, Jawa Timur pada Kamis (28/12/2023). 

Alhasil, sebanyak 137 pengungsi Rohingya kini sudah dipindahkan ke dua lokasi baru penampungan sementara. Sebagian pengungsi dibawa ke Gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh. Sisanya, dipindahkan sementara waktu ke Gedung Yayasan Aceh. 

"Hari ini saya sudah mengambil keputusan dan tindakan agar pengungsi Rohingya itu ditempatkan di lokasi yang aman. Satu, (sebagian) ditempatkan di gedung PMI. Sebagian lagi ditempatkan di gedung Yayasan Aceh," tutur dia lagi. 

Ia pun juga berpesan kepada Kepolisian Aceh untuk menjaga keamanan ratusan pengungsi Rohingya. Sebab, hal tersebut menyangkut isu kemanusiaan. 

1. Indonesia terima pengungsi Rohingya atas dasar kemanusiaan

Mahasiswa bersama polisi membantu menaikan sejumlah imigran etnis Rohingya ke truk saat berlangsung pemindahan paksa di penampungan sementara gedung Balai Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, Aceh, Rabu (27/12/2023). (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Lebih lanjut, Mahfud mengatakan bahwa Indonesia bukan termasuk negara yang menandatangani konvensi PBB mengenai pengungsi. Negara terdekat dari Indonesia yang meneken konvensi itu adalah Australia. Itu sebabnya para pengungsi Rohingya ingin menuju ke sana. 

Meski begitu, kata Mahfud, Indonesia tetap menerima gelombang pengungsi Rohingya.

"Kita tidak terikat dengan konvensi itu, tetapi kita punya ikatan lain yaitu kemanusiaan. Orang kalau ngungsi tidak bisa pulang ke negerinya, terkatung-katung di laut, lalu kita tampung sementara," ujar mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu. 

Ia menambahkan, usai ditampung sementara, para pengungsi itu akan dikembalikan melalui mekanisme yang telah ditentukan oleh PBB. "Karena yang memiliki ketentuan tersebut adalah PBB. Kita sendiri kalau mau mengusir, juga bisa gak ada urusan, tetapi ini kan jadi isu kemanusiaan," tutur dia. 

2. Ratusan pengungsi Rohingya diusir oleh mahasiswa dari Gedung BMA

Mahasiswa bersama polisi membantu menaikan sejumlah imigran etnis Rohingya ke truk saat berlangsung pemindahan paksa di penampungan sementara gedung Balai Meuseuraya Aceh (BMA), Banda Aceh, Aceh, Rabu (27/12/2023). (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Sementara, peristiwa memilukan terjadi pada Rabu kemarin di Banda Aceh. Sebab, ratusan mahasiswa yang berasal dari kampus Universitas Al Washliyah, Universitas Abulyatama dan Bina Bangsa Getsempena menggelar aksi demonstrasi di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA). 

Jarak massa dari tempat pengungsi Rohingya hanya berkisar 40 meter. Dalam orasinya, massa meminta para pengungsi Rohingya keluar.

Namun, saat koordinator lapangan mahasiswa tengah bernegosiasi dengan petugas, massa yang berada di belakang langsung berlari dan merangsek masuk ke basement tempat pengungsi etnis Rohingya berada.

Bahkan, mahasiswa tampak menarik paksa dan melakukan tindakan kekerasan seperti melempar dengan botol air mineral ke arah wanita dan anak-anak hingga menendang barang-barang di sekitar.

Pengungsi Rohingya yang dikepung mahasiswa hanya terdiam dan menangis ketakutan. Sebagian dari mereka terlihat meminta ampun. Sementara petugas gabungan dari kepolisian dan Satpol PP tak mampu membendung massa yang jumlahnya mencapai 500-an orang.

Setelah kurang lebih 30 menit berada di dalam basement, massa mahasiswa berhasil mengeluarkan pengungsi Rohingya menuju mobil truk yang telah disediakan.

Pengungsi Rohingya yang terdiri dari anak-anak, pria dan wanita itu diantar ke kantor Kemenkumham Aceh yang jaraknya dari BMA hanya berkisar 1 kilometer. Massa mahasiswa mengaku menolak pengungsi Rohingya karena tingkah laku mereka yang buruk.

3. Prabowo sebut pemerintah harus utamakan rakyat ketimbang pengungsi Rohingya

Prabowo pun membuka sunroof kendaraan mobilnya untuk menyapa para relawan (Dok. TKN Prabowo Gibran)

Sementara, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ketika berkunjung ke Aceh mengatakan bahwa pemerintah harus lebih mengutamakan kepentingan rakyat dan nasional Indonesia. Apalagi kata dia, masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. 

Sedangkan, untuk menuntaskan arus gelombang Rohingya, tidak bisa dikerjakan oleh Pemerintah Indonesia saja. 

"Jadi, masalah Rohingya ini adalah masalah dunia ya kan, menyangkut beberapa negara. Tentu Indonesia harus mendekatinya dengan suatu sikap dan pendekatan yang integralistik. Kita koordinasi dengan badan-badan internasional, dengan PBB dan sebagainya," ujar Prabowo saat berada di Aceh pada 26 Desember 2023 lalu. 

"Tapi, tentunya kita harus mengutamakan kepentingan rakyat kita sendiri dan kepentingan nasional kita. Masih banyak rakyat kita yang hidupnya masih susah. Jadi, tidak begitu fair kalau kita harus menerima semua pengungsi itu menjadi beban kita. Walaupun dari segi kemanusiaan kita juga punya rasa solidaritas ingin membantu dan sebagainya," tutur pria yang juga merupakan calon presiden nomor urut dua itu. 

Pernyataan Prabowo itu didasarkan Indonesia bukan termasuk negara yang ikut menandatangani Konvensi Pengungsi 1951. Tetapi, meski tidak berkewajiban menerima, Pemerintah Indonesia tetap menampung pengungsi Rohingya dengan alasan kemanusiaan.

Pengungsi Rohingya sendiri bukan ingin menetap di Indonesia. Mereka menjadikan Indonesia sebagai negara transit. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Santi Dewi
Vanny El Rahman
Santi Dewi
EditorSanti Dewi
Follow Us