UNICEF: Anak-Anak di Gaza Alami Tekanan Mental yang Tak Terbayangkan

Jakarta, IDN Times - Dana Anak-anak PBB (UNICEF) mengatakan intensitas stres dan tekanan yang dialami anak-anak di Jalur Gaza adalah sesuatu yang jarang terlihat dalam konflik lainnya.
“Intensitas dan frekuensi apa yang kita lihat di Gaza dalam hal tekanan mental pada anak-anak dan tekanan psikologis adalah sesuatu yang jarang kita lihat," kata Adele Khodr, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, kepada The National.
"Tidak ada tempat yang aman di Gaza,” ungkapnya, menambahkan banyak anak-anak di Gaza terus berpindah-pindah untuk menghindari pemboman. Adapun mereka masih terjebak dalam siklus kekerasan dan ketakutan.
Serangan Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 20 ribu orang, termasuk 8 ribu anak-anak dan 6.200 perempuan, dan melukai lebih dari 53 ribu lainnya.
Israel menyatakan perang terhadap Hamas, setelah kelompok Palestina menerobos masuk ke wilayah perbatasannya pada 7 Oktober. Tel Aviv mengatakan, serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan sekitar 240 lainnya di sandera.
1. Jumlah anak-anak yang tewas di Gaza termasuk yang paling tinggi dalam konflik dunia
Khodr mengatakan, jumlah anak-anak yang terbunuh selama 11 minggu pemboman tanpa henti di Gaza adalah salah satu yang tertinggi dalam konflik lainnya baru-baru ini.
“Jumlah anak-anak (yang terbunuh) termasuk yang tertinggi yang pernah kami lihat dibandingkan dengan situasi konflik lainnya,” ujarnya.
Data PBB menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza dalam 11 minggu terakhir telah melampaui jumlah tahunan anak-anak yang terbunuh di zona konflik dunia sejak 2019.
Menurut Laporan Tahunan Sekretaris Jenderal PBB tentang Anak-anak dan Konflik Bersenjata, sekitar 2.674 anak terbunuh di 22 negara pada 2020, 2,515 anak terbunuh di 24 negara pada 2021, 2,985 anak terbunuh di 24 negara pada 2022, dan 4.019 anak terbunuh di 20 negara pada 2019.
Perang di Gaza juga telah menyebabkan banyak anak menjadi yatim piatu. Mereka diberi label sebagai “anak yang terluka, tidak ada keluarga yang selamat” (WCNSF) oleh para pekerja medis.