Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Bayi bergantian pakai masker oksigen di rumah sakit yang tutup

  • Israel tolak atau halangi 45 persen misi kemanusiaan di Gaza

  • 400 kematian terkait malnutrisi dilaporkan sejak Januari 2025

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - James Elder, juru bicara badan anak-anak PBB (UNICEF), pada Selasa (7/10/2025), melaporkan bahwa Israel telah berulang kali menolak izin untuk memindahkan peralatan medis penting dari rumah sakit yang telah dievakuasi di Gaza utara.

Selama sebulan terakhir, serangan Israel di Kota Gaza, bagian utara Gaza, telah memaksa rumah sakit di wilayah tersebut tutup. Hal ini semakin menambah tekanan pada rumah sakit yang masih beroperasi di selatan, di mana bayi-bayi yang baru lahir harus berbagi masker oksigen dan tempat tidur.

Dua tahun perang Israel di Gaza telah meningkatkan stres dan malnutrisi di kalangan ibu hamil. Akibatnya, jumlah bayi prematur dan bayi dengan berat badan rendah meningkat hingga mencapai seperlima dari seluruh bayi yang lahir di Gaza.

“Kami telah mencoba untuk mendapatkan kembali inkubator dari sebuah rumah sakit yang dievakuasi di utara, tapi empat misi ditolak hanya untuk mengambil inkubator tersebut,” kata Elder, merujuk pada peralatan yang tertahan di Rumah Sakit Anak Al-Rantissi yang rusak di Kota Gaza.

1. Bayi bergantian pakai masker oksigen

Di sebuah rumah sakit yang dikunjunginya di wilayah selatan, Elder menyaksikan tiga bayi berbagi satu tempat tidur dan satu sumber oksigen. Para ibu harus bergantian memberikan oksigen selama 20 menit untuk masing-masing bayi.

"Ini adalah tingkat keputusasaan yang dihadapi para ibu saat ini," tambahnya.

COGAT, cabang militer Israel yang mengawasi aliran bantuan, belum menanggapi komentar terkait pernyataan UNICEF tersebut. Israel sebelumnya menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk mengizinkan pengiriman bantuan ke Gaza, tetapi kontrol diperlukan supaya bantuan tersebut tidak disalahgunakan oleh Hamas, dilansir dari The New Arab.

2. Israel tolak atau halangi 45 persen misi kemanusiaan di Gaza

Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyatakan bahwa Israel telah menolak atau menghalangi 45 persen dari 8 ribu misi kemanusiaan di Gaza sejak 7 Oktober 2023.

"Setiap bantuan yang masuk tentu positif, tetapi belum pernah ada sehari pun di mana pasokan mencapai tingkat yang dibutuhkan," kata Jens Laerke, juru bicara OCHA.

UNICEF telah menyerukan agar bayi-bayi yang sakit dan lahir prematur segera dievakuasi dari rumah sakit di Gaza utara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berhasil memindahkan tiga bayi ke rumah sakit di selatan pekan lalu, tapi satu di antaranya kemudian meninggal dunia.

3. 400 kematian terkait malnutrisi dilaporkan sejak Januari 2025

Menurut WHO, hanya 14 dari 36 rumah sakit di Gaza yang beroperasi sebagian, dan hanya sepertiga dari 176 fasilitas layanan kesehatan primer yang masih berfungsi.

Juru bicara WHO, Christian Lindmeier, menyatakan bahwa data resmi mencatat 400 kematian terkait malnutrisi sejak Januari 2025, termasuk 101 anak-anak. Selama dua bulan terakhir, lebih dari 10 ribu anak didiagnosis menderita malnutrisi akut, dan sekitar 2.400 anak dengan malnutrisi parah berisiko kelaparan.

Namun, Lindmeier memperingatkan bahwa angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi, karena banyak keluarga tidak dapat mengakses klinik atau rumah sakit.

“Kelaparan yang sebelumnya terbatas di Kota Gaza kini menyebar ke selatan seiring orang-orang melarikan diri dari pertempuran yang kembali terjadi,” jelasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team