Jakarta, IDN Times - Strategi lockdown yang ketat rupanya tak mengurangi penularan COVID-19 varian Omicron di Shanghai. Dalam 24 jam saja, terdapat penambahan 12 jiwa yang meninggal di Shanghai akibat terinfeksi COVID-19.
Dikutip dari harian South China Morning Post (SCMP), Senin, 25 April 2022, total kematian akibat COVID-19 di Shanghai dari semula 39 jiwa kini menjadi 90 jiwa. Sementara, kasus harian COVID-19 yang menunjukkan gejala dalam 24 jam terakhir bertambah 76,4 persen menjadi 2.472 kasus.
Itu sebabnya otoritas setempat pada hari ini kembali memerintahkan agar dilakukan tes COVID-19 massal terhadap 25 juta warga di Shanghai. Ini semua tak lepas dari kebijakan nol COVID-19 yang diterapkan oleh Presiden Xi Jinping sejak awal kemunculan virus Sars-CoV-2 yang kali pertama dilaporkan ada di Wuhan.
Alhasil, pemerintah menerapkan kebijakan lockdown atau penguncian wilayah total sejak 3 April 2022 lalu. Tetapi, varian Omicron tetap bergerak dan menular lebih cepat.
Padahal, Pemerintah China telah menyuntikan 11 miliar vaksin COVID-19 kepada warganya. Artinya, 86 persen dari populasi di China sudah divaksinasi minimal dua dosis.
Lalu, mengapa justru terjadi lonjakan kematian di tengah kebijakan lockdown ketat di Shanghai?