Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden, saat berpidato di depan publik secara virtual. (Instagram.com/joebiden)

Washington, D.C, IDN Times - Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden, akan mengambil opsi untuk memberikan hukuman terhadap Rusia setelah dilantik. Tokoh partai Republik, Mitt Romney, mengatakan pemerintahan Rusia telah melakukan invansi terhadap Amerika Serikat. Bagaimana awal ceritanya?

1. Pemerintah Amerika Serikat mengungkap serangan-serangan di dunia maya dilakukan oleh Rusia pekan lalu

Gedung Putih Amerika Serikat. (Instagram.com/ whitehouse)

Dilansir dari The Guardian, Joe Biden tampaknya akan mengambil langkah opsi untuk menghukum Rusia di mana pada pekan lalu, pemerintahan Amerika Serikat mengungkap Rusia merupakan dibalik serangan-serangan di dunia maya. Bahkan, tokoh Republik, Mitt Romney, meminta Amerika Serikat untuk melakukan serangan balas dendam terhadap Rusia dan pihak Rusia mengira Amerika Serikat tidak takut dengan serangan-serangan tersebut.

Opsi-opsi yang dipertimbangkan oleh Biden dalam memberikan sanksi terhadap Rusia adalah sanksi finansial serta pembalasan terhadap infrastruktur Rusia. Akan tetapi, pihak pemerintah Rusia justru membantah tudingan tersebut. Ketika itu, para peretas melakukan serangan terhadap 40 agen federal, termasuk Departemen Keuangan, Departemen Energi, serta Departemen Perdagangan, dan kontraktor pemerintah. 

Para peretas diduga menggunakan perangkat lunak tersebut sebagai batu loncatan untuk menyerang klien, termasuk Departemen Federal Amerika Serikat. 

2. Mitt Romney menyamakan serangan Rusia ini seperti serangan AS terhadap Irak tahun 2003 lalu

Mitt Romney saat sedang menjalani suntik vaksin COVID-19. (Facebook.com/mittromney)

Pada hari Minggu, 20 Desember 2020, waktu setempat, Kepala Staf Gedung Putih yang baru, Ron Klain, mengatakan pihaknya harus mendengar alokasi tanggung jawab yang jelas dan tidak ambigu dari Gedung Putih dan komunitas intelijen. Menurutnya, mereka harus bertanggung jawab dan seharusnya membuat pesan tersebut sekaligus menyampaikan kepastian tanggung jawab. Sebaliknya, ia mendengar salah satu pesan dari Menteri Luar Negeri Amerika Serikat yang berbeda dengan dari Gedung Putih.

Sekali lagi, ia menegaskan dalam hal komunikasi secara publik, posisi pemerintahan Amerika Serikat harus datang dari pemerintah saat ini dan itu harus datang dengan suara yang jelas. Mitt Romney menyamakan dugaan serangan yang dilakukan Rusia dengan serangan Amerika Serikat terhadap Irak pada tahun 2003 lalu. Maksudnya, pada dasarnya apa yang tampaknya telah dilakukan oleh Rusia adalah menempatkan diri mereka di dalam suatu sistem di negaranya.

3. Mantan Direktur CISA setuju bahwa peretasan itu kemungkinan besar berasal dari Rusia

Ilustrasi serangan dunia maya. (Pixabay.com/BiljaST)

Mantan Direktur Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur Amerika Serikat (CISA), Christopher Krebs, setuju bahwa peretasan itu kemungkinan besar berasal dari pekerjaan dinas intelijen luar negeri Rusia, SVR. Tapi dia sendiri meragukan penilaian Romney mengenai apa yang mungkin dilakukan Rusia dengan data yang diambil. Menurut Krebs, mereka telah mencari keputusan kebijakan dan mereka mencari negosiasi diplomatik di lembaga federal.

Mereka biasanya bukan orang yang menjalankan jenis serangan yang merusak dan mereka biasanya tidak bekerja dengan bagian lain dari pemerintah Rusia. Itu tidak berarti mereka tidak dapat memberikan akses, tapi untuk saat ini menurutnya ini lebih merupakan operasi pengumpulan intelijen. Hal yang benar-benar mengkhawatirkannya mengenai kampanye khusus oleh Rusia ini adalah sifat penargetan rantai pasokan yang tidak pandang bulu, fakta bahwa mereka berpotensi membahayakan sebanyak 18.000 perusahaan dan hal itu justru di luar batasan dari apa yang baru-baru ini kami lihat tentang kegiatan spionase.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team