Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Luar Negeri Libya, Najla El-Mangoush. (Twitter.com/MaryFitzger)

Tripoli, IDN Times - Usai meminta Turki untuk meninggalkan negaranya, Menteri Luar Negeri Libya, Najla El-Mangoush, justru dipaksa mundur dari jabatannya. Duta Besar Amerika Serikat untuk Libya meminta tuntutan tersebut harus dihentikan demi kedaulatan dan stabilitas Libya. Bagaimana awal ceritanya?

1. Turki mengklaim kehadirannya di Libya tidak dapat dibandingkan dengan tentara bayaran lainnya

Menteri Luar Negeri Libya, Najla El-Mangoush. (Twitter.com/AlexScipione)

Dilansir dari The Guardian, mendengar pernyataan tersebut, Turki mengklaim kehadirannya di Libya tidak dapat dibandingkan dengan tentara bayaran lainnya karena pasukannya berada di Libya atas undangan pemerintah Libya sebelumnya. Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, yang telah mengunjungi Libya pekan lalu, mengkritik mereka yang mengatakan bahwa kehadiran Turki di Libya setara dengan kelompok-kelompok tidak sah. Akan tetapi, resolusi Dewan Keamanan PBB baru-baru ini telah menyerukan semua tentara bayaran dan pasukan asing untuk meninggalkan negara itu, seperti halnya perjanjian damai yang ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tahun 2020 lalu.

Para pendukung Menteri Luar Negeri Libya ini mengatakan bahwa dia telah menerima seruannya agar semua pasukan pergi dan klip pernyataan yang dibuat pada tahun 2019 lalu yang telah beredar di media sosial telah diedit untuk menghilangkan kritiknya terhadap Kepala Angkatan Darat Libya, Khalifa Haftar. Duta Besar Amerika Serikat untuk Libya, Richard Norland, membela Mangoush dan meminta tuntutan tersebut harus dihentikan. Ia juga menambahkan pihaknya sepenuhnya memberikan dukungan seruan tegas dari Menteri Luar Negeri Libya untuk mundurnya pasukan asing demi kepentingan dan kedaulatan Libya.

2. Mangoush mencoba mencari jalan di sekitar serangkaian aktor eksternal di Libya

Editorial Team

Tonton lebih seru di