Suasana di salah satu kota yang ada di Nikaragua. (Sumber: pixabay.com/cgonzalezsoza)
Konflik ini bermula ketika para demonstran mahasiswa turun ke jalan pada April 2018 lalu yang mengecam rencana pemotongan dana pensiun dan kenaikan pajak.
Sejak saat itu juga, berdasarkan data dari Komisi HAM Inter-Amerika, pemerintah Nikaragua sudah menangkap setidaknya 1.614 orang setelah demonstrasi awal tersebut. Bahkan, 328 orang dilaporkan tewas. Tak hanya warga sipil, bahkan tokoh-tokoh yang menentang pemerintahan juga terkena dampak penangkapan oleh rezim Ortega.
Salah satunya adalah mantan jurnalis, Christiana Chamorro, yang dianggap sebagai calon potensial mengalahkan Ortega ketika itu pada Pemilu Presiden Nikaragua tahun 2021 lalu. Pada akhirnya, dia didakwa dalam kasus pencucian uang dan akhirnya dilarang mencalonkan diri, sama seperti yang dialami 6 calon presiden lainnya.
Pada November 2021 lalu, Ortega memenangkan Pemilu Presiden dengan mudah setelah meraih perolehan suara lebih dari 75 persen. Setahun setelahnya, Ortega dianggap telah menghina proses pengadilan HAM Inter-Amerika karena mengabaikan putusan tentang tahanan politik.
Pemerintahan Ortega telah bergerak secara sistematis melawan semua suara yang berbeda pendapat, dengan menangkap puluhan pemimpin oposisi dan anggota klerus. Sebagian besar dari mereka telah dijatuhi hukuman penjara di 2022 lalu dan proses persidangan yang begitu cepat dan bersifat tertutup untuk umum.