Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi warga Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi warga Palestina di Gaza (pixabay.com/hosnysalah)

Intinya sih...

  • Operasi militer Israel di Gaza membuat 142 ribu orang mengungsi dalam sepekan, dengan 90% warga telah mengungsi setidaknya sekali sejak perang dimulai.
  • Persediaan makanan menipis karena tak ada bantuan baru masuk ke Gaza, sementara produksi air juga berisiko runtuh dalam beberapa hari.
  • Tindakan Israel di Gaza disebut ciri-ciri kekejaman oleh lembaga bantuan OCHA, sementara Hamas menyebutnya sebagai tindakan genosida yang lengkap menurut hukum internasional.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sejumlah organisasi bantuan terkemuka telah memperingatkan bahwa serangan militer terbaru Israel di Gaza telah memperburuk krisis kemanusiaan dan tidak menyisakan tempat yang aman bagi warga sipil Palestina.

“Secara umum, warga Palestina tidak memiliki tempat aman untuk pergi, dan bahkan tidak ada lagi kepura-puraan tentang adanya tempat aman di Gaza. Ada kebingungan besar dan ketidakpercayaan total bahwa hal ini masih dibiarkan terjadi pada mereka," kata Gavin Kelleher, manajer akses kemanusiaan untuk Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) di Gaza, dilansir dari The National.

Ia mengungkapkan bahwa banyak warga Palestina kini tidak dapat melarikan diri sama sekali, karena telah menghabiskan semua sumber daya mereka setelah beberapa kali mengungsi.

“Mereka kini telah kehabisan semua mekanisme bertahan hidup untuk mengungsi. Mereka tidak mampu lagi menyewa bantuan untuk berpindah tempat. Bahkan, mereka sekarang tidak mampu menyewa gerobak keledai untuk kembali ke Gaza selatan," ujarnya.

1. Stok makanan makin menipis

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), berlanjutnya operasi militer Israel di Gaza telah membuat 142 ribu orang mengungsi dalam waktu sepekan. Adapun sekitar 90 persen masyarakat di wilayah tersebut telah mengungsi sedikitnya satu kali sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023. Perang tersebut juga telah menewaskan sedikitnya 50.208 warga Palestina.

Sementara itu, persediaan makanan semakin menipis lantaran tidak ada bantuan baru yang masuk ke Gaza. Pada 2 Maret, Israel menghentikan pengiriman semua pasokan bantuan ke wilayah tersebut sebagai respons atas penolakan Hamas terhadap proposal perpanjangan tahap pertama gencatan senjata.

"Kami hanya memiliki persediaan tepung untuk 4 hari lagi agar roti tetap dapat diproduksi di toko roti. Jadi, pada Minggu, produksi roti di sebagian besar wilayah Gaza akan terhenti, padahal roti merupakan makanan pokok yang penting bagi masyarakat di sini,” ungkap Kelleher.

Clemence Lagouardat, kepala respon Oxfam di Gaza, mengatakan bahwa sektor produksi air di wilayah tersebut juga berisiko runtuh dalam beberapa hari.

2. Warga Gaza merasa diabaikan

Feroze Sidhwa, seorang ahli bedah perawatan kritis asal Amerika Serikat (AS) yang menjadi sukarelawan di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, mengatakan bahwa rakyat Palestina merasa dilupakan. Ia sebelumnya telah bekerja di Ukraina sebanyak tiga kali sejak invasi Rusia dimulai.

“Ketika Rusia mengebom Rumah Sakit Anak di Kiev, semua orang kehilangan akal sehatnya dan memang seharusnya begitu. Ini bukan lelucon, tapi apa yang terjadi di sini (di Gaza) jauh lebih parah, dan mereka (Palestina) merasa bahwa dunia, dan khususnya Barat, tampaknya tidak peduli," ujarnya.

Jens Laerke, juru bicara lembaga bantuan OCHA, menyebut tindakan Israel di Gaza, termasuk serangan di daerah padat penduduk, menunjukkan ciri-ciri kekejaman.

 "Rumah sakit sekali lagi menjadi medan pertempuran. Pasien tewas di tempat tidur mereka. Ambulans ditembaki dan petugas pertolongan pertama terbunuh. Ratusan anak-anak dan warga sipil lainnya tewas dalam serangan udara Israel," kata Laerke di Jenewa.

3. Hamas minta dunia tekan Israel untuk hentikan perang

Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengecam bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza akibat agresi militer Israel.

"Pembantaian brutal yang terus berlangsung di Jalur Gaza, penggunaan kelaparan dan kehausan secara sistematis sebagai senjata, serta pencegahan masuknya kebutuhan dasar kehidupan merupakan tindakan genosida yang lengkap menurut hukum internasional, yang dilakukan di hadapan mata dan telinga seluruh dunia," kata Hamas, dilansir dari Al Jazeera, Jumat (28/3/2025)

Mereka menyerukan kepada komunitas internasional, negara-negara Arab dan Islam, serta organisasi hak asasi manusia untuk mengambil tindakan segera guna menekan Israel agar mencabut blokade dan menghentikan agresi brutalnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team