Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret The Centennial Hall di Wroclaw, Polandia (architectuul.com)
Potret The Centennial Hall di Wroclaw, Polandia (architectuul.com)

Jakarta, IDN Times - Lebih dari 53 persen masyarakat Polandia tidak mendukung adanya tunjangan sosial dari pemerintah untuk pengungsi Ukraina.

Dikutip dari ANTARA, Sabtu (10/2/2024), laporan dari jajak pendapat Universitas Warsawa ini menyebutkan, hanya 21 persen responden yang mendukung pembayaran tunjangan sosial untuk pengungsi Ukraina.

“Dalam waktu dua tahun, jumlah pendukung Ukraina berubah,” sebut laporan itu.

1. Pengungsi Ukraina di Polandia mendapat banyak kesempatan

Polandia memang menjadi tujuan para pengungsi Ukraina. Setidaknya, mereka mendapat kesempatan dan hak bekerja, kesejahteraan sosial, bantuan rumah, kesehatan hingga asuransi mobil.

Menurut laporan, saat ini ada 1,5 juta pengungsi Ukraina yang tinggal di Polandia.

2. Ukraina akan terus berjuang sampai perang selesai

Beberapa tentara di Ukraina timur merasa tidak mempunyai pilihan selain bertempur sampai perang selesai. Hal itu dilakukan meskipun ada upaya dari pemerintah pusat untuk memobilisasi lebih banyak tentara demi menggantikan mereka yang telah bertugas lama di garis depan.

Rancangan Undang-Undang (RUU) yang bertujuan menambah angkatan bersenjata Ukraina yang sudah terkuras dan habis terhenti di parlemen. Namun, salah satu perubahan yang diusulkan adalah untuk memastikan tentara yang telah bertempur selama 3 tahun dapat diberhentikan.

Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, militer mengusulkan untuk memobilisasi 450-500 ribu lebih warga Ukraina untuk perang.

3. Kebijakan demobilisasi militer dianggap tidak realistis

Keluarga dari beberapa anggota militer yang bertugas secara bergilir telah mendesak Zelenskyy untuk mencari cara guna meringankan penderitaan mereka. Namun, anggota unit drone yang bertempur di dekat reruntuhan kota Bakhmut percaya bahwa harapan tersebut tidak realistis.

“36 bulan adalah masa hidup yang sangat panjang, namun apa yang dapat Anda lakukan? Anda harus melawan musuh,” kata seorang pilot drone berusia 51 tahun, yang memiliki tanda panggilan 'Mac,' berbicara di malam hari dari dalam bunker, saat tembakan senapan mesin terdengar di dekatnya.

“Saya pribadi tidak bisa membayangkan mendemobilisasi dan menjalani kehidupan sipil sementara perang masih berlangsung,” tambah prajurit dari batalion drone Brigade Penyerang Terpisah ke-92 itu.

Editorial Team