WhatsApp bekerja sama dengan Citizen Lab, lembaga penelitian di Universitas Toronto yang meneliti ancaman digital terhadap masyarakat sipil. Citizen Lab membantu WhatsApp memahami metode serangan ini dan berencana merilis laporan lebih rinci tentang dugaan peretasan tersebut.
John Scott-Railton, peneliti senior Citizen Lab, mengatakan bahwa lembaganya memberikan informasi yang membantu WhatsApp mengidentifikasi pola serangan.
Di sisi lain, kasus ini muncul hanya beberapa minggu setelah pengadilan di California memenangkan gugatan WhatsApp terhadap NSO Group, pembuat perangkat mata-mata Pegasus.
Hakim Phyllis Hamilton memutuskan bahwa NSO bertanggung jawab atas serangan terhadap 1.400 pengguna WhatsApp pada 2019 dan melanggar undang-undang peretasan AS serta kebijakan WhatsApp.
NSO Group kini sedang melobi Kongres AS agar dihapus dari daftar hitam perdagangan yang diberlakukan oleh pemerintahan Biden. Sementara itu, Natalia Krapiva, penasihat hukum senior di Access Now, menyebut bahwa kasus ini mencerminkan masalah yang lebih besar dalam industri perangkat mata-mata.
"Ini bukan sekadar masalah oknum yang tidak bertanggung jawab. Jenis penyalahgunaan ini merupakan ciri khas industri spyware komersial,” ujarnya, dikutip Livemint.
WhatsApp menyatakan bahwa mereka akan terus melawan perusahaan teknologi yang melanggar hak privasi pengguna. Perusahaan juga meminta pemerintah di berbagai negara untuk memperketat regulasi agar perangkat mata-mata tidak disalahgunakan di masa depan.