Iran Ancam Perang Besar jika Israel Serang Fasilitas Nuklir

Jakarta, IDN Times - Iran memperingatkan bahwa serangan terhadap fasilitas nuklirnya akan memicu perang besar di kawasan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa negaranya akan merespons dengan cepat dan tegas terhadap setiap serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) atau Israel.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera Arabic di Qatar pada Jumat (31/1/2025), Araghchi menyatakan menyerang fasilitas nuklir Iran akan menjadi kesalahan sejarah terbesar bagi AS. Ia juga menyoroti peran Qatar dalam mediasi konflik Gaza serta sikap Iran terhadap perkembangan politik di Suriah.
1. Iran siap balas serangan terhadap fasilitas nuklir
Ketegangan meningkat di Iran akibat kekhawatiran bahwa Presiden AS Donald Trump bisa memberi dukungan kepada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk menyerang situs nuklir Iran. Selain itu, sanksi AS terhadap Iran terus diperketat selama masa jabatan Trump.
Araghchi menyebut respons Iran akan langsung terjadi dan berujung pada perang besar di kawasan.
Araghchi menambahkan, Iran terus memantau situasi dan siap mengambil langkah-langkah pertahanan yang diperlukan. Ia menilai bahwa setiap upaya serangan akan berakibat fatal bagi stabilitas regional.
2. Iran apresiasi peran Qatar dalam mediasi Gaza
Dalam kunjungannya ke Qatar, Araghchi bertemu dengan PM dan Menlu Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani. Ia memuji upaya Qatar dalam membantu gencatan senjata di Gaza.
Ia juga bertemu dengan pejabat Hamas dan menyatakan bahwa rakyat Palestina telah meraih kemenangan meskipun menghadapi kehancuran akibat perang.
Menurutnya, meski mengalami korban jiwa dan kerusakan besar, Palestina tetap mempertahankan nilai-nilai dan prinsipnya. Ia menilai kegagalan Israel untuk mengeliminasi Hamas serta keterpaksaan mereka untuk bernegosiasi menunjukkan kemenangan bagi Hamas.
Sejak 7 Oktober 2023, serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 47.460 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, serta melukai 111.580 orang. Sementara itu, serangan Hamas ke Israel menewaskan 1.139 orang dan lebih dari 200 lainnya ditawan.
3. Iran dukung stabilitas politik di Suriah

Mengenai situasi di Suriah, Araghchi mengatakan bahwa Iran mendukung pembentukan pemerintahan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat setelah tergulingnya Presiden Bashar al-Assad.
Ia menekankan bahwa tujuan Iran adalah menjaga stabilitas dan keutuhan wilayah Suriah.
“Kami mendukung setiap pemerintahan yang dipilih dan didukung oleh rakyat Suriah. Kami menginginkan perdamaian dan keamanan di Suriah sebagai landasan stabilitas kawasan,” katanya.
Araghchi memperingatkan bahwa ketegangan di Suriah dapat menjadikannya tempat berlindung bagi kelompok teroris, yang berisiko memperburuk ketidakstabilan di Timur Tengah.
Iran, yang selama ini mendukung Assad dengan bantuan militer, tetap berkomitmen mempertahankan poros perlawanan terhadap Israel dan AS.
4. Iran bersikap keras terhadap AS di bawah kepemimpinan Trump

Mengenai kemenangan kembali Trump dalam pemilu AS, Araghchi menilai hubungan Iran-AS dipenuhi ketidakpercayaan. Ia mengingatkan bahwa di bawah kepemimpinan Trump sebelumnya, AS keluar dari perjanjian nuklir dan membunuh Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds IRGC.
Dilansir Anadolu Agency, Araghchi juga mengecam pernyataan Trump yang menyarankan agar Palestina “dibersihkan” dari Gaza. Ia menanggapi dengan sarkasme, menyarankan agar Israel dipindahkan ke Greenland sebagai alternatif. Pernyataan ini memicu kemarahan di kawasan.
Araghchi mendesak pemerintahan Trump untuk mengambil langkah konkret guna membangun kembali kepercayaan, seperti mencairkan dana Iran yang dibekukan. Ia menyampaikan bahwa Iran tidak menolak dialog langsung dengan AS, tetapi negosiasi harus terbatas pada isu nuklir.