Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
gambar peta Sudan (unsplash.com/Lara Jameson)
gambar peta Sudan (unsplash.com/Lara Jameson)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa lebih dari 40 orang tewas akibat serangan terhadap rumah sakit di Sudan. Sebagian besar korban adalah anak-anak dan tenaga medis.

Serangan terhadap Rumah Sakit Al Mujlad terjadi pada Sabtu (21/6/2025). Fasilitas kesehatan itu berada di kota Muglad, negara bagian Kordofan Barat, dekat garis depan pertempuran antara militer Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF).

“Kami tidak bisa mengatakan ini lebih keras: Serangan terhadap kesehatan harus dihentikan di mana-mana!” tulis Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Selasa (24/6/2025).

1. Militer Sudan disalahkan atas serangan di rumah sakit

Dilansir dari BBC, kantor WHO di Sudan melaporkan bahwa enam anak-anak dan lima tenaga medis tewas dalam serangan tersebut. Puluhan orang juga terluka, dan rumah sakit mengalami kerusakan parah.

Menurut Jaringan Dokter Sudan, Rumah Sakit Al-Mujlad merupakan satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih berfungsi di wilayah tersebut. Rumah sakit ini memiliki unit dialisis dan berfokus pada perawatan warga sipil

Jaringan Dokter Sudan dan kelompok hak asasi manusia, Emergency Lawyers, menuduh militer Sudan bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka mengklaim bahwa militer meluncurkan drone ke rumah sakit untuk membunuh para prajurit RSF yang berada di dalamnya. Namun, baik militer maupun RSF belum memberikan komentar mengenai klaim tersebut.

2. Sudan berisiko hadapi genosida

Sejak perang antara militer Sudan dan RSF meletus pada April 2023, puluhan ribu orang telah tewas dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi. Menurut PBB, konflik tersebut juga telah menciptakan krisis kelaparan dan pengungsian terbesar di dunia. Bahkan, beberapa wilayah di negara itu kini berada di ambang bencana kelaparan.

Pada Senin (23/6/2025), wakil sekretaris jenderal PBB dan penjabat penasihat khusus Sekjen PBB Antonio Guterres, Virginia Gamba, memperingatkan tentang risiko genosida di Sudan. Baik militer Sudan maupun RSF dianggap sama-sama telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang serius di negara itu, dilansir dari The New Arab.

3. Situasi anak-anak di Sudan semakin memburuk

Pada Senin, kepala badan anak-anak PBB (UNICEF), Catherine Russell, juga memperingatkan bahwa situasi anak-anak di Sudan semakin memburuk akibat perang saudara yang terus berlanjut. Sementara itu, upaya bantuan kemanusiaan masih belum maksimal akibat keterbatasan dana.

"Ratusan ribu anak-anak yang paling ran menanggung beban terberat baik akibat perang di Sudan maupun kurangnya layanan penting bagi mereka yang melarikan diri ke Chad," kata Russel saat mengunjungi para pengungsi Sudan di negara tetangga Chad.

Ia menambahkan, banyak anak-anak mengalami kekurangan gizi, putus sekolah, dan berisiko tinggi terkena eksploitasi dan penyakit.

Laporan juga menyebutkan bahwa anak-anak menjadi target pemerkosaan dan kekerasan seksual oleh para pria bersenjata. Beberapa korban bahkan mencoba mengakhiri hidup mereka akibat trauma tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRama