Kepala WHO, Tedros Adhanom. (instagram.com/drtedros)
Bagi Tedros, target vaksinasi yang tidak tercapai pada 2021 merupakan pukulan moral, sebab hal itu berdampak terhadap kematian banyak orang dan memberi kesempatan bagi virus untuk terus bermutasi.
Menurut Al Jazeera, Tedros mengecam sikap negara-negara kaya dan menuduh mereka telah memonopoli vaksin untuk memerangi COVID-19, serta membiarkan pintu belakangnya terbuka untuk virus.
"Populisme, nasionalisme yang sempit, dan penimbunan alat kesehatan, termasuk masker, terapi, diagnostik, dan vaksin, oleh sejumlah kecil negara, menggerogoti pemerataan, dan menciptakan kondisi ideal untuk munculnya varian baru," jelas kepala WHO.
Tedros kembali menyerukan desakan lama, agar negara berbagi vaksin secara adil, supaya virus corona dapat diatasi secara global.
Pada 2021, WHO mencatat telah terjadi kenaikan jumlah kematian jika dibandingkan dengan tahun 2020. Tedros menyesalkan hal tersebut. Pada 2020, ada 1,8 juta kematian dan pada 2021 meningkat menjadi 3,5 juta kematian. Bahkan, jumlah sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi dari data yang ada.
Meski begitu, Tedros masih optimis bahwa pada tahun 2022 mendatang jadi tahun yang dapat mengakhiri pandemik, serta dapat meletakkan peta keamanan kesehatan yang lebih kuat.