Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (who.int)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan rekomendasi soal berapa banyak dosis vaksin COVID-19 yang harus disuntikkan ke setiap orang dan waktu pemberiannya, pada Selasa, 5 Januari 2021.

Dalam sebuah jumpa pers daring, Ketua Kelompok Penasihat Strategis Ahli Imunisasi (SAGE) WHO Alejandro Cravioto mengatakan, tiap orang perlu mendapatkan dua dosis vaksin Pfizer dan BioNTech dalam waktu 3-4 minggu.

“Kami berdiskusi dan mengeluarkan rekomendasi berikut: dua dosis vaksin (Pfizer) ini dalam 21-28 hari,” katanya dalam sebuah jumpa pers daring, sebagaimana dilaporkan Channel News Asia.

1. Lebih banyak vaksinasi kepada masyarakat

Kotak-kotak berisi vaksin Pfizer BioNTech COVID-19 dipersiapkan untuk dikirim di pabrik produksi Pfizer Global Supply Kalamazoo di Portage, Michigan, Amerika Serikat, Minggu (13/12/2020) (ANTARA FOTO/Morry Gash/Pool via REUTERS)

Dalam pemaparannya, Cravioto juga menyarankan agar negara-negara di dunia membuat penundaan selama enam minggu untuk pemberian dosis vaksin kedua, sehingga memungkinkan lebih banyak orang dengan risiko penyakit yang lebih tinggi bisa mendapatkan vaksin.

“SAGE (Kelompok Penasihat Strategis Ahli Imunisasi) membuat ketentuan bagi negara-negara dalam keadaan luar biasa dari kendala pasokan vaksin (Pfizer) untuk menunda pemberian dosis kedua selama beberapa minggu, untuk memaksimalkan jumlah orang yang mendapat manfaat dari dosis pertama,” kata dia.

“Saya pikir kita harus sedikit terbuka terhadap jenis keputusan yang harus dibuat oleh negara, sesuai dengan situasi epidemiologi mereka sendiri,” tambahnya.

Di laman website-nya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat sebelumnya menyatakan bahwa pemberian vaksin Pfizer adalah sebanyak 2 dosis dengan selisih pemberian 21 hari.

2. Jeda pemberian dosis vaksin

Proses pembuatan vaksin COVID-19 oleh Pfizer (Facebook.com/Pfizer)

Eksekutif SAGE Joachim Hombach mengatakan memberi jeda bagi dua inokulasi Pfizer dapat dijalankan negara-negara yang tidak dapat menerapkan rekomendasi utama.

“JCI, badan rekomendasi Inggris, telah memberikan lebih banyak fleksibilitas hingga 12 minggu dengan mempertimbangkan keadaan khusus yang sedang dihadapi negara tersebut,” katanya.

“Kami ... sepenuhnya mengakui bahwa negara-negara mungkin melihat kebutuhan untuk menjadi lebih fleksibel dalam hal pemberian dosis kedua. Tetapi penting untuk dicatat bahwa ada sangat sedikit ... data empiris dari uji coba yang mendukung jenis rekomendasi ini,” lanjut Hombach.

Menanggapi rekomendasi itu, Kate O'Brien, seorang ahli imunisasi WHO, mengatakan bahwa penyesuaian semacam itu perlu dilakukan.

“Tidak ada yang mengharapkan ini mudah dan kami mulai melihat di mana ada tantangan dan di mana kami perlu melakukan penyesuaian,” katanya.

3. Kasus COVID-19 semakin meningkat di dunia

Petugas memeriksa Health Alert Card atau Kartu Kewaspadaan Kesehatan penumpang di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Senin (2/3/2020) (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/ama)

Pengumuman itu disampaikan di saat negara-negara dunia sedang berjuang untuk memberikan vaksinasi COVID-19. Hal ini juga disampaikan pada saat banyak negara mengalami tekanan yang semakin berat pada layanan kesehatan mereka, karena melonjaknya kasus virus corona dan munculnya varian baru yang lebih mudah menyebar.

Berbagai negara, termasuk Amerika Serikat (AS) juga telah memperketat aturan pembatasannya demi mencegah penyebaran lebih lanjut dari wabah asal Wuhan, Tiongkok itu.

Per Rabu pukul 15.00 WIB, kasus COVID-19 dunia telah mencapai 86.868.498 kasus, dengan 1.876.803 kematian dan 61.594.450 sembuh, menurut data World O Meters.

Editorial Team