Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)
ilustrasi anak-anak di gaza (pixabay.com/hosnysalah)

Intinya sih...

  • Tahap selanjutnya dimulai pada Desember 2025

  • 312 warga Palestina tewas sejak gencatan senjata berlaku pada Oktober lalu

  • Pasukan Israel bergerak 300 meter melewati garis kuning di timur Kota Gaza

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada Rabu (19/11/2025), menyampaikan bahwa pihaknya menargetkan untuk memvaksinasi lebih dari 40 ribu anak di Gaza dengan memanfaatkan gencatan senjata yang tengah berlangsung.

Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa badan PBB tersebut dan mitranya telah memvaksinasi lebih dari 10 ribu anak di bawah usia 3 tahun dalam 8 hari pertama tahap awal program vaksinasi, yang dimulai pada 9 November dan telah diperpanjang hingga Sabtu (22/11/2025). Vaksinasi ini diharapkan dapat melindungi anak-anak dari penyakit campak, gondok, rubella, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, tuberkulosis, polio, rotavirus, dan pneumonia.

1. Tahap selanjutnya dimulai pada Desember 2025

Sementara itu, tahap kedua dan ketiga program vaksinasi tersebut direncanakan akan berlangsung pada Desember dan Januari mendatang. Pogram ini diselenggarakan bekerja sama dengan UNICEF, badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), dan kementerian kesehatan di Gaza.

“Saya merasa lega melihat gencatan senjata masih bertahan, karena hal ini memungkinkan WHO dan para mitra untuk meningkatkan layanan kesehatan penting di seluruh Gaza serta mendukung proses penyediaan kembali peralatan dan rekonstruksi yang dibutuhkan untuk membangun kembali sistem kesehatan yang hancur di wilayah tersebut," ujar Tedros, dikutip dari Anadolu.

2. 312 warga Palestina tewas sejak gencatan senjata berlaku pada Oktober lalu

Pada Senin (17/11/2025), Dewan Keamanan (DK) PBB Pada Senin, Dewan Keamanan PBB menyetujui resolusi yang mendukung rencana perdamaian Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Gaza, yang menjadi landasan terwujudnya gencatan senjata Israel-Hamas pada 10 Oktober lalu. Rencana tersebut mencakup pembentukan badan pemerintahan transisi yang disebut Dewan Perdamaian dan pengerahan pasukan internasional di Gaza.

Gencatan senjata telah diwarnai oleh beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh Israel. Dilansir dari Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza, pada Kamis (20/11/2025), melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 32 warga Palestina, termasuk 12 anak-anak dan 8 perempuan, serta melukai 88 lainnya di seluruh Jalur Gaza.

Menurut data kementerian, Israel telah membunuh 312 warga Palestina dan melukai 760 lainnya sejak gencatan senjata terbaru diterapkan. Secara keseluruhan, hampir 70 ribu orang telah tewas selama 2 tahun perang Israel di Gaza, dengan sebagian besar korban adalah warga sipil.

3. Pasukan Israel bergerak 300 meter melewati garis kuning di timur Kota Gaza

Kantor Media Pemerintah Gaza mengecam gelombang serangan udara yang dilakukan Israel pada Rabu, yang menewaskan puluhan warga Palestina. Dalam pernyataannya, kantor tersebut mengatakan bahwa pasukan dan tank Israel telah bergerak maju di timur Kota Gaza, memindahkan penanda kuning yang menandai garis batas penarikan pasukan hingga sekitar 300 meter.

"Serangan tersebut – yang merupakan pengabaian terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata – telah menyebabkan puluhan keluarga yang tinggal di wilayah tersebut terkepung. Nasib banyak dari keluarga-keluarga ini masih belum diketahui di tengah penembakan yang menargetkan daerah tersebut,” kata kantor tersebut.

Pihaknya pun mendesak para mediator internasional, terutama Trump, untuk turun tangan menghentikan serangan dan menekan Israel agar mematuhi perjanjian gencatan senjata. Mereka menegaskan bahwa diamnya para mediator di tengah pelanggaran yang dilakukan Israel tidak lagi dapat diterima.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team