Istilah negara tidak hadir kerap muncul setiap kali publik dihadapkan pada persoalan yang terasa berlarut, merugikan banyak orang, dan tak kunjung mendapat solusi yang jelas. Frasa ini ternyata banyak memantik emosi karena dianggap sebagai tudingan bahwa pemerintah malas bekerja atau pejabat sengaja lepas tangan. Padahal, makna sesungguhnya tidak sesempit itu. Banyak perdebatan muncul bukan karena substansinya, melainkan karena pemaknaan yang melenceng sejak awal.
Ketika emosi lebih dulu menguasai diri dan setiap ungkapan kecil dianggap kritik dan ketidaksukaan terhadap individu atau institusi, diskusi berubah menjadi saling serang tanpa arah. Supaya tidak terus salah paham, ada baiknya frasa ini dibaca dengan kepala dingin dan kacamata yang lebih struktural. Berikut beberapa sudut pandang yang bisa membantu memahami maksud sebenarnya dari istilah ‘negara tidak hadir’ tersebut.
