TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Indonesia Bersama Dunia Membangun Masa Depan yang Lebih Hijau

It's time to take action for a better life in the future

Program energi baru terbarukan (EBT) PT PLN Persero di Sulawesi. Foto PLN

Pergeseran keseimbangan alam yang terjadi saat ini mendorong industrialisasi menuju Green Industry atau Industri Hijau. Green Industry merupakan konsep harmonisasi pembangunan industri dengan fungsi alam yang berkelanjutan. Dengan cara ini, perusahaan industri mencoba memanfaatkan sumber daya yang berkelanjutan secara efisien dan efektif.

Salah satu realisasi pengembangan konsep Industri Hijau adalah melalui rekayasa mutu. Rekayasa kualitas dapat diterjemahkan sebagai proses peningkatan kualitas yang konstan dalam proses dan desain produk. Kegiatan ini meliputi seluruh kegiatan pengendalian kualitas pada setiap tahap penelitian, pengembangan produk, desain produksi hingga tahap kepuasan konsumen.

Meminimalisiasi dampak perubahan iklim, anak muda bisa apa?

Tidak bisa ditampik bahwa perubahan iklim yang terjadi saat ini mulai terpampang jelas dirasakan di belahan dunia. Mulai dari gelombang panas, kekeringan, mencairnya gunung bongkahan es di Antartika, dan berdampak pada pula terhadap ketahanan pangan.

Sejak beberapa tahun lalu, isu perubahan iklim ini terus disuarakan dalam berbagai forum internasional. Namun, tampaknya belum menggugah masyarakat dunia untuk setidaknya menimilasasi dampak ini semakin meningkat. Sebagai salah satu bentuk 1000 Aspirasi Indonesia Muda, tulisan ini dapat ikut berkontribusi untuk keberlangsungan masa depan dunia melalui forum G20 Indonesia.

Presidensi G20 dan transisi energi

Tahun ini, Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pertemuan KTT G20. Seperti tagline nya, Recover Together Recover Stronger pertemuan G20 tahun ini, Indonesia mengajak negara-negara anggota G20 dan non G20 untuk bersama-sama pulih dari pandemik COVID-19 yang melanda dunia yang berdampak terutama pada perekonomian dunia.

Pada pertemuan G20 ini, terdapat tiga isu prioritas yang menjadi bahan diskusi dari presidensi ini yakni; penanganan kesehatan global secara inklusif, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan. 

"apa sih pentingnya transisi energi pada pertemuan ini?"

Transisi energi masuk skala prioritas pada pembahasan G20 tahun ini karena merupakan langkah besar untuk menghindari pemanasan global. Ya, sebuah fenomena perubahan iklim (climate change) yang sangat berisiko bagi kehidupan generasi mendatang.

Tentunya, tantangan perubahan iklim dan transisi energi perlu diatasi melalui kolaborasi global dan pada kesempatan emas ini, Presidensi G20 merupakan momentum bagi Indonesia untuk mendorong sinergi antara negara berkembang dan maju, guna mempercepat transisi energi.

Seperti yang dilansir Kementerian ESDM RI, Indonesia menargetkan pemenuhan Net Zero Emission (NZE) atau Netralitas Karbon pada tahun 2060 dan penurunan emisi karbon ditargetkan mencapai 29 persen pada tahun 2030 dengan cara mengurangi penggunaan energi atau BBM berbasis fosil, dan selanjutnya mengoptimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT), utamanya bagi sektor transportasi dan sektor industri. 

Namun, masih tingginya  konsumsi energi fosil juga terjadi di level global, dan inilah yang menjadi kekhawatiran terlebih situasi pasca pandemi. Terkait pemakaian energi fosil, memang masih dilematis, karena Indonesia sendiri belum bisa lepas sepenuhnya dari energi fosil hingga setidaknya satu dekade ke depan. Pasalnya, energi fosil masih berperan penting dan strategis dalam bauran energi nasional.

Tetapi, energi terbarukan menjadi keharusan untuk dikembangkan. Dalam program transisi energi, porsi energi terbarukan perlu diperbesar melalui subtitusi energi fosil yang lebih ramah lingkungan. Dibutuhkan kebijakan energi yang berorientasi pada peningkatan energi terbarukan, sebagai cara mengatasi dilema antara ketergantungan pada energi fosil dan percepatan transisi energi. 

Walaupun di sisi lain, pemulihan ekonomi global pascapandemik COVID-19 diperkirakan akan meningkatkan kembali jumlah emisi karbon, yang memicu pemanasan global ekstrem.

Baca Juga: Desa Energi Berdikari Pertamina Dorong Petani Olah Energi Terbarukan

Writer

Disvi Oktarinda

Lives on books and coffee

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya