Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak muda berlari (unsplash.com/Jed Vilejo)

Mengalami krisis di tengah krisis. Ini mungkin adalah kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan situasi seseorang yang sedang mengalami quarter life crisis atau krisis seperempat kehidupan di tengah pandemik. Orang yang mengalami ini ibaratnya sedang berupaya mengarungi lautan berombak menggunakan perahu yang rapuh.

Terdengar mengerikan memang. Namun, jika kita memiliki tekad untuk terus melanjutkan hidup, semuanya dapat dilalui. Hal yang terpenting adalah kita memahami masalah yang sedang dihadapi agar dapat menyusun rencana untuk melaluinya. Maka, mari membahas soal quarter life crisis dan bagaimana melaluinya di tengah pandemik COVID-19 yang belum sepenuhnya usai ini.

Dikutip 7summitpathways.com, quarter life crisis adalah fase krisis emosional yang biasanya dialami anak muda di usia 20-an dan 30-an. Hal ini biasanya ditandai dengan merasa hilang arah dalam karier, hubungan, dan bahkan tujuan hidup secara umum. Selain itu, orang yang mengalami quarter life crisis juga bimbang, kehilangan motivasi, merasa kurang, dan lain-lain.

Menurut survei Linkedin pada 2017, 75 persen anak muda di usia 25--33 tahun mengalami quarter life crisis. Sebanyak 61 persen di antaranya menyebut penyebab kecemasan mereka adalah soal karier. Di masa pandemik, angka ini bisa saja lebih tinggi. Pasalnya, pandemik juga menciptakan situasi yang bisa menyebabkan quarter life crisis, seperti menurunnya lapangan kerja, terbatasnya ruang gerak, dan lain-lain.

Editorial Team

Tonton lebih seru di