Di Indonesia, berprofesi sebagai guru masih sering dianggap serba dilematis. Belum kelar urusan guru honorer yang hanya menerima bayaran ratusan ribu rupiah setiap beberapa bulan, suara dari para pejabat publik justru kerap melukai hati para pendidik ini. Ada yang terang-terangan menyebut guru sebagai beban negara, bahkan meminta mereka menjalani profesi ini dengan sukarela. Sementara itu, para wakil rakyat menerima gaji dan tunjangan yang nilainya jauh lebih besar hingga berkali-kali lipat. Kondisi ini memperlihatkan betapa timpangnya penghargaan yang diberikan pada guru dibandingkan jasa besar yang telah mereka lakukan.
Guru sejatinya adalah sosok yang berperan dalam membentuk generasi, tapi kenyataannya penghargaan pada profesi ini masih sering dipandang sebelah mata. Dari sisi ekonomi, status sosial, hingga perhatian kebijakan, posisi guru kerap ditempatkan di barisan belakang. Ironisnya, semua orang menyadari bahwa tanpa peran guru, tidak ada dokter, insinyur, politisi, atau bahkan profesi apa pun yang lahir di dunia ini. Pertanyaan besarnya, mengapa sosok yang begitu penting justru sering diperlakukan seperti ini? Berikut beberapa sudut pandang yang bisa menjelaskan masalah tersebut.