Kembali pada dunia pendidikan, menjadi mahasiswa memang dirasa penuh tantangan, terlebih mahasiswa di era saat ini, mahasiswa Gen Z. Di tengah-tengah kreativitas yang terus bermunculan, terdapat tuntutan yang juga semakin besar, terdapat arus kehidupan yang juga semakin cepat.
Kondisi tersebut lantas membuat beberapa dari mereka mengalami kecemasan atau bahkan depresi. Badan Pengembangan dan Pengkajian Keilmuan Nasional ILMPI pernah melakukan survei terhadap 4.485 mahasiswa berkaitan dengan permasalahan mental.
Hasil survei periode 2019-2020 tersebut menyatakan bahwa perasaan cemas terus menerus menjadi permasalahan mental yang paling banyak dialami oleh mahasiswa, yakni sebanyak 1470 responden. Sementara permasalahan mental yang lain seperti merasa tertekan, merasa tidak berguna, tidak berminat dalam berkegiatan, ataupun mengalami sedih hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Beberapa tahun terakhir, kita juga kerap mendengar berita tentang tindakan commit suicide yang dilakukan oleh mahasiswa di perguruan tinggi, terlepas mahasiswa tersebut memiliki rekam jejak akademis yang baik ataupun tidak. Kabar tersebut tentu sangat menyayat hati.
Kasus demikian lantas membuka pandangan kita bahwa peran lingkungan pendidikan sangat penting untuk membantu mahasiswa memiliki mental yang baik dan memahami kondisi dirinya di usia dewasa awal. Sayangnya, layanan kesehatan mental di lembaga pendidikan di Indonesia masih sangat terbatas, termasuk di perguruan tinggi.
Banyak perguruan tinggi yang tidak memiliki layanan kesehatan mental. Dosen wali ataupun dosen pembimbing normatifnya hanya berperan besar dalam membantu mahasiswa mencapai tujuan akademik. Kalaupun mahasiswa memiliki masalah non akademik, dosen wali ataupun dosen pembimbing tidak banyak terlibat secara intens.
Pendidikan kita seakan masih hanya berpusat pada peningkatan prestasi belajar akademik. Pelayanan di bidang akademik gencar diadakan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Namun, kita melupakan bahwa hakikatnya kewajiban lembaga pendidikan bukan hanya pada peningkatan aspek kognitif, tetapi juga berkewajiban dalam membentuk karakter dan mental pelajar yang baik dan sehat.
Adanya layanan kesehatan mental di perguruan tinggi menjadi upaya preventif dalam mengurangi risiko gangguan mental yang dialami oleh mahasiswa, pun seluruh jajaran civitas academica, terlebih di masa pandemik COVID-19 saat ini.
Mengapa harus perguruan tinggi? Bukankah sudah banyak layanan kesehatan mental berbasis teknologi yang dapat diikuti? Memang. Namun, lembaga pendidikan memiliki peran distingtif untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental bagi pelajar atau bahkan pendidik, terlebih kampus saat ini mencakup lintas generasi, yang tentunya perlu pendekatan tersendiri untuk dapat menciptakan suasana yang nyaman dalam diri setiap civitas academica selama proses pembelajaran terjadi.
Pemuda sejatinya adalah agent of change, mereka memiliki keterlibatan yang besar dalam memajukan bangsa. Keberadaan layanan kesehatan mental di lingkungan kampus menjadi bentuk dukungan tersendiri untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Kesehatan mental itu penting, layaknya kesehatan fisik. Isu tentang kesehatan bahkan menjadi salah satu isu prioritas dalam Presidensi G20. Sebagaimana yang kita ketahui, KTT G20 memfokuskan tiga isu prioritas yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi digital dan ekonomi, serta transisi ekonomi berkelanjutan. Puncak Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 ini akan diselenggarakan di Bali pada tanggal 15-16 November 2022 mendatang dengan mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”.
Kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah memberikan peluang besar bagi negara untuk membentuk generasi muda yang bermutu, termasuk memiliki mentalitas yang baik. Adanya 1000 Aspirasi Indonesia Muda diharapkan dapat memperkuat pondasi negara untuk terus bertumbuh.
Yuk, ciptakan generasi muda yang bernilai, sebagaimana dikatakan bahwa kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari melimpahnya Sumber Daya Manusia, tetapi dilihat dari kualitas Sumber Daya Manusia yang dimilikinya.