Gue gak suka sama pemimpin sekarang. Yuk Demo!
Menurut aku orang-orang harus sadar kalau kita sedang dijajah orang asing. Yuk Demo!
Biar kita didengar, yuk Demo!
Pemerintah sekarang gak adil, padahal dua tahun. Yuk Demo!
"Yuk Demo!" dengan mudahnya terlontar dari dalam mulut beberapa warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bagaimana sebuah demo sudah bukan sebagai alat untuk memperbaiki, tapi sekarang sampaikan 'unek-unek'. Gak salah kok, tapi sudah mulai berlebihan. Ketika kita tidak suka dengan salah satu pemimpin daerah, maka demo untuk menurunkannya dilakukan besar-besaran.
Pesan-pesan untuk 'perang' pun bahkan dibuat. Tidakkah kita takut akan hal seperti itu. Justru mengkhawatirkan bukan? Jujur, dengan demo-demo ini ketakutan muncul dalam diri warga yang tidak ikut-ikutan. Takut apa? Ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Contoh sederhana sebuah demo yang bahkan sudah direncanakan jauh-jauh hari. Tepat 4 November mendatang Front Pembela Islam merecanakan demo besar-besaran terkait pengusutan dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Herannya, aksi tersebut terus-terusan dilakukan meski Gubernur telah mengunjungi kepolisian untuk menyelesaikan masalah.
Bukan hanya itu, demo yang sebelumnya pun terkesan berlebihan mengingat satu masa besar untuk 'menjatuhkan' seseorang saja. Istilahnya, kenapa usaha mereka begitu besar untuk menjatuhkan ketika musyawarah dengan kepala dingin bisa dilakukan. Justru aksi-aksi tersebut memunculkan kekhawatiran.