Meskipun awalnya bersemangat dengan perjalanan ini, kenyataan bahwa kampung halaman berada di daerah yang cukup jauh membuat perjalanan terasa lebih panjang dari dugaan. Berangkat selepas Ashar dari Denpasar, bus baru tiba di tujuan saat Maghrib keesokan harinya. Total lebih dari 24 jam perjalanan terasa seperti uji kesabaran, terutama ketika jalanan macet parah di beberapa titik. Saat melewati kota-kota besar di Jawa, bus sering tersendat karena banyaknya kendaraan yang juga ingin mudik. Tapi jelas kemacetan terparah berada di Jembrana dan Negara menuju ke Pelabuhan Gilimanuk.
Setelah mau gak mau menikmati lamanya perjalanan, akhirnya tiba di kampung halaman. Tahun itu menjadi pengalaman berharga tentang arti perjalanan, kesabaran, dan kebersamaan dalam momen mudik yang tidak terlupakan. Juga menjadi pelajaran untuk riset terlebih dahulu arus mudiknya, karena ternyata hari saya mudik saat itu adalah puncak arusnya. Pantas saja.
Well, sekarang saya memilih untuk beli tiket pesawat, perjalanan 45 menit, naik bus Damri 30 menit ke terminal bus, dan naik bus pulang selama 3 jam. Dengan rute seperti ini lebih hemat waktu dan gak selisih banyak dari segi biaya.
Anyway, coba tebak saya mudik ke mana?