Buku Blueprint (dok. Dyah Andriyani, S.E.)
Bab-bab awal membuka mata pembaca pada budaya rekrutmen Schlumberger yang unik, gaya “jemput bola” ke berbagai negara dan perhatian pada hal-hal kecil yang memanusiakan calon karyawan. Kisah seorang narasumber yang masih diingat namanya oleh resepsionis sejak pertemuan pertama, menjadi simbol sederhana bahwa sejak awal, perusahaan berupaya membangun ekosistem yang menghargai martabat manusia. Dari sini, tertanam kesan kuat bahwa SLB bukan sekadar mesin korporasi, tetapi ruang pembentukan karakter.
Bagian berikutnya menggambarkan bagaimana DNA engineer ditempatkan sebagai nyawa perusahaan. Setiap orang yang ingin menapaki karier hingga pucuk pimpinan, harus memulai dari medan, tanpa jalan pintas. Serangkaian pelatihan dengan konsekuensi nyata, yakni gagal berarti langsung pulang dan tidak ada kesempatan kedua, menciptakan kultur profesional yang menuntut ketangguhan mental, kejernihan logika, dan kemampuan problem solving tingkat tinggi. Engineer digambarkan bak “MacGyver” di segala medan. Mereka harus mandiri, kreatif, dan siap mengambil keputusan cepat demi menghindari lost time dalam operasi pengeboran dan produksi minyak.
Dimensi lain yang kuat adalah soal mobilitas dan pengorbanan pribadi. Hidup “dari koper” — siap dipindah kapan saja, ke mana saja, tanpa banyak pilihan — menjadi bagian tak terpisahkan dari profesi ini. Kontrak kerja diolah secara humoris oleh salah satu narasumber menjadi tiga frasa: anywhere, anytime, no choice. Buku ini dengan jujur menampilkan dua sisi mata uang. Di satu sisi, benefit dan pengalaman global yang sangat kaya. Di sisi lain, dinamika keluarga, rindu yang tertahan, dan kompromi yang harus diambil dalam relasi suami-istri dan orangtua-anak.
Ketegangan dan risiko tinggi juga menjadi warna kuat Blueprint. Pembaca dibawa ke wilayah konflik, area rawan terorisme, situasi penangkapan karena salah paham, hingga kisah diculik geng bersenjata di Pakistan. Di sinilah, prinsip safety first Schlumberger tampak bukan sekadar slogan. Pemetaan risiko, kerja sama dengan otoritas setempat, standar keselamatan kerja dan berkendara yang ketat — semua digambarkan sebagai sistem yang konsisten, sampai pada konsekuensi “dirumahkan” bila protokol dilanggar. Para narasumber, meski datang dari latar berbeda, sepakat bahwa perusahaan tidak pernah main-main dalam soal keselamatan.