Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Buku Blueprint (dok. Dyah Andriyani, S.E.)
Buku Blueprint (dok. Dyah Andriyani, S.E.)

Intinya sih...

  • Buku membuka kisah rekrutmen Schlumberger yang unik

  • SLB serius dalam pengembangan teknologi dan tata kelola SDM

  • Blueprint adalah bacaan penting bagi mereka yang tertarik pada dunia energi, manajemen talenta global, dan kepemimpinan lintas budaya

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Resensi buku oleh: Dyah Andriyani, S.E. Leadership Development, Tanoto Foundation Indonesia

Membaca Blueprint terasa seperti ikut berkelana bersama dua puluh engineer Indonesia yang meniti karier di Schlumberger (kini SLB), perusahaan jasa teknologi energi kelas dunia. Disusun setebal 248 halaman, buku ini bukan sekadar kumpulan kisah nostalgia, melainkan mosaik pengalaman lintas benua yang memotret bagaimana metaskill, keterampilan-keterampilan lintas zaman yang tak lekang oleh perubahan, lantas ditempa dalam dunia kerja yang keras, menantang, sekaligus sangat manusiawi. Tak heran, dalam kata pengantarnya, Menteri Kesehatan Budi G. Sadikin menyoroti pentingnya metaskill sebagai benang merah pembelajaran yang ditawarkan buku ini.

1. Buku dibuka dengan kisah rekrutmen Schlumberger yang unik

Buku Blueprint (dok. Dyah Andriyani, S.E.)

Bab-bab awal membuka mata pembaca pada budaya rekrutmen Schlumberger yang unik, gaya “jemput bola” ke berbagai negara dan perhatian pada hal-hal kecil yang memanusiakan calon karyawan. Kisah seorang narasumber yang masih diingat namanya oleh resepsionis sejak pertemuan pertama, menjadi simbol sederhana bahwa sejak awal, perusahaan berupaya membangun ekosistem yang menghargai martabat manusia. Dari sini, tertanam kesan kuat bahwa SLB bukan sekadar mesin korporasi, tetapi ruang pembentukan karakter.

Bagian berikutnya menggambarkan bagaimana DNA engineer ditempatkan sebagai nyawa perusahaan. Setiap orang yang ingin menapaki karier hingga pucuk pimpinan, harus memulai dari medan, tanpa jalan pintas. Serangkaian pelatihan dengan konsekuensi nyata, yakni gagal berarti langsung pulang dan tidak ada kesempatan kedua, menciptakan kultur profesional yang menuntut ketangguhan mental, kejernihan logika, dan kemampuan problem solving tingkat tinggi. Engineer digambarkan bak “MacGyver” di segala medan. Mereka harus mandiri, kreatif, dan siap mengambil keputusan cepat demi menghindari lost time dalam operasi pengeboran dan produksi minyak.

Dimensi lain yang kuat adalah soal mobilitas dan pengorbanan pribadi. Hidup “dari koper” — siap dipindah kapan saja, ke mana saja, tanpa banyak pilihan — menjadi bagian tak terpisahkan dari profesi ini. Kontrak kerja diolah secara humoris oleh salah satu narasumber menjadi tiga frasa: anywhere, anytime, no choice. Buku ini dengan jujur menampilkan dua sisi mata uang. Di satu sisi, benefit dan pengalaman global yang sangat kaya. Di sisi lain, dinamika keluarga, rindu yang tertahan, dan kompromi yang harus diambil dalam relasi suami-istri dan orangtua-anak.

Ketegangan dan risiko tinggi juga menjadi warna kuat Blueprint. Pembaca dibawa ke wilayah konflik, area rawan terorisme, situasi penangkapan karena salah paham, hingga kisah diculik geng bersenjata di Pakistan. Di sinilah, prinsip safety first Schlumberger tampak bukan sekadar slogan. Pemetaan risiko, kerja sama dengan otoritas setempat, standar keselamatan kerja dan berkendara yang ketat — semua digambarkan sebagai sistem yang konsisten, sampai pada konsekuensi “dirumahkan” bila protokol dilanggar. Para narasumber, meski datang dari latar berbeda, sepakat bahwa perusahaan tidak pernah main-main dalam soal keselamatan.

2. Keseriusan SLB dalam pengembangan teknologi seperti investasi besar pada riset hingga kerja sama dengan universitas-universitas ternama

Ilustrasi karyawan SLB (careers.slb.com)

Buku ini juga memperlihatkan keseriusan SLB dalam pengembangan teknologi. Investasi besar pada riset, kerja sama dengan universitas-universitas ternama, dan penekanan kuat pada sinergi antara manusia–kinerja–teknologi menjelaskan mengapa perusahaan ini mampu bertahan hampir seabad dan beroperasi di lebih dari 120 negara. Di tengah itu, keberagaman budaya dan kewarganegaraan bukan sekadar latar, melainkan sumber kekuatan. Para engineer Indonesia bercerita bagaimana mereka hidup dan bekerja bersama rekan dari puluhan bangsa, menjalin persahabatan tanpa sekat, namun pada saat yang sama masih harus menghadapi rasisme atau bias dari sebagian klien. Respons yang ditawarkan adalah kemampuan beradaptasi, komunikasi terbuka, dan sikap lapang dalam menerima perbedaan.

Dari sisi tata kelola SDM, Blueprint menonjolkan transparansi dan meritokrasi SLB. Ordal (orang dalam) secara tegas ditolak; penilaian kinerja bertumpu pada pola pikir dan perilaku: integritas, komitmen, kolaborasi, kecepatan bertindak, dan kemampuan melayani klien dengan standar tinggi. Pelanggaran etika ditampilkan dengan jujur — dan konsekuensi tegas “angkat kaki” diperlihatkan sebagai bagian dari budaya perusahaan yang tidak menawar integritas. Di sini, buku ini memberikan banyak bahan renungan bagi para pemimpin perusahaan di Indonesia tentang bagaimana meritokrasi dan etika bisa diterapkan secara konkret, bukan sekadar jargon.

Isu gender juga hadir, meski sayangnya belum terlalu kuat. Penulis menyentuh dinamika perempuan di lingkungan yang masih sarat bias patriarkal dan upaya perusahaan membangun lingkungan kerja yang aman dari pelecehan. Namun, dari dua puluh narasumber, hanya dua yang perempuan. Hal ini dapat dimaklumi mengingat komposisi historis engineer di industri migas, namun tetap meninggalkan ruang kosong dalam narasi: pengalaman, perspektif, dan strategi bertahan para female engineer di lingkungan yang maskulin, yang sebetulnya berpotensi memperkaya buku ini secara signifikan. Kehadiran lebih banyak suara perempuan akan membantu pembaca, terutama generasi muda perempuan, melihat diri mereka sendiri di dalam cerita.

3. Blueprint adalah bacaan penting bagi mereka yang tertarik pada dunia energi, manajemen talenta global, dan kepemimpinan lintas budaya

Buku Blueprint (dok. Dyah Andriyani, S.E.)

Sebagai sebuah karya nonfiksi naratif, Blueprint disusun dengan struktur yang rapi. Lima belas subbab yang dirajut Sylvie Tanaga dengan alur mengalir dan saling menyambung. Walau sulit menuangkan seluruh pengalaman panjang karier para narasumber ke dalam satu buku dan pada beberapa bagian repetisi nuansa cerita tak terhindarkan, penulis berhasil menonjolkan pola-pola pembelajaran yang relevan bagi generasi muda: ketangguhan, integritas, kemampuan lintas budaya, dan kesiapan untuk terus belajar. Bahkan kisah-kisah “negatif” tidak disapu di bawah karpet, tetapi dihadirkan sebagai bagian dari proses bertumbuh, baik bagi individu maupun organisasi.

Secara keseluruhan, Blueprint adalah bacaan penting bagi mereka yang tertarik pada dunia energi, manajemen talenta global, dan kepemimpinan lintas budaya. Buku ini juga layak menjadi rujukan bagi para pemimpin perusahaan, HR, dan generasi muda yang tengah menata karier. Ia menunjukkan bahwa di balik gaji besar dan kesempatan keliling dunia, ada disiplin keras, pengorbanan, dan pembelajaran panjang yang membentuk metaskill — keterampilan hidup yang akan terus relevan, jauh melampaui masa kerja di satu perusahaan. Kritik utama mungkin terletak pada keterbatasan sudut pandang gender, tetapi hal itu justru membuka ruang bagi karya-karya lanjutan yang lebih menyoroti kisah para perempuan di dunia engineering dan energi.

Judul buku: Blueprint

Penulis: Sylvie Tanaga

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: 248 Halaman + xliii

Cetakan: Pertama

ISBN: 978-602-06-8131-3

Editorial Team