lukisan seorang guru yang menunjuk ke arah tanah Prancis yang hilang di Alsace-Lorraine kepada siswanya (commons.wikimedia.org/Albert Bettannier)
Seperti yang dijelaskan oleh Britannica, iredentisme (dari bahasa Italia irredento artinya 'tidak ditebus') adalah gagasan bahwa suatu negara ingin menganeksasi wilayah dari negara lain dengan melibatkan kelompok etnisnya yang tinggal di luar perbatasan negara lain. Biasanya, hal ini harus dilakukan dengan kekerasan atau paksaan. Ideologi ini mencapai masa kejayaannya selama kedua perang dunia. Ini menjadikannya salah satu faktor pendorong utama terjadinya kedua perang dunia tersebut.
Dua contoh utama iredentisme dalam Perang Dunia I melibatkan Italia dan Rumania. Italia, meski bersekutu dengan Jerman dan Austria, adalah negara yang netral. Namun, Italia menginginkan wilayah Istria di Semenanjung Eropa, Dalmatia (wilayah di pesisir timur), dan Friuli-Venezia-Giulia (terletak di timur laut Italia), yang merupakan milik sekutu Austria-Hongaria. Italia menginginkan wilayah itu karena semua penduduknya memakai bahasa Italia.
Kekuatan (Triple Entente) Entente Tiga (yang terdiri dari Inggris, Prancis, Rusia) mengeksploitasi keinginan ini dengan Perjanjian London 1915. Mereka menawarkan Italia wilayah-wilayah tersebut sebagai imbalan atas serangan terhadap Blok Sentral dan memperluas perang ke Mediterania.
Selain itu, Rumania memasuki Perang Dunia I dengan cara yang hampir sama pula. Negara tersebut masih terpecah mengenai pihak mana yang harus diambil sampai Entente Tiga menawarkan kepada Raja Franz Ferdinand wilayah Transilvania di Hongaria. Seperti yang dicatat Hungary Today, 53 persen wilayahnya adalah orang Rumania.
Namun, Perjanjian Trianon 1920, yang berisi tentang perjanjian untuk menyerahkan Transilvania dan 70 persen wilayah Hongaria ke negara tetangganya, juga dikaitkan dengan masalah iredentisme di wilayah dengan etnis campuran. Sebagaimana yang dijelaskan oleh American-Hungarian Federation, sekitar 3 juta warga Hongaria, termasuk 30 persen populasi Transilvania, kini menjadi minoritas di negara-negara yang memandang mereka sebagai musuh. Tidak mengherankan jika ketegangan tersebut memerlukan arbitrase Jerman dan Italia melalui Penghargaan Wina selama Perang Dunia II untuk menenangkan Hongaria dan menghindari konflik lebih lanjut.