Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret lukisan Galileo Galilei
potret lukisan Galileo Galilei (commons.wikimedia.org/Justus Sustermans)

Intinya sih...

  • Galileo Galilei didukung oleh kalangan gereja pada awalnya, namun dukungan ini bersyarat.

  • Penemuan teleskop menjadi awal mula konflik memanas karena mengguncang fondasi astronomi dan teologi yang telah mapan.

  • Galileo diadili dalam dua kali persidangan inkuisisi, dipaksa mencabut teorinya, dan hidup dalam tahanan rumah seumur hidup.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Siapa yang tak kenal Galileo Galilei? Nama besar dari abad ke-17 ini mengubah cara kita memandang alam semesta. Berkat pengamatannya, ia berani menentang keyakinan yang telah bertahan ribuan tahun bahwa Bumi adalah pusat segalanya. Namun, keberaniannya membawa petaka, membuatnya harus berhadapan dengan tembok kekuasaan terbesar saat itu, Gereja Katolik.

Kisah Galileo adalah drama antara keyakinan dan penemuan, tradisi dan inovasi. Ia mempersembahkan bukti-bukti baru yang mengguncang pemahaman lama, namun temuannya dianggap sesat dan berbahaya. Perjuangannya terjadi di Italia pada era ketika otoritas gereja tak tergoyahkan, di mana setiap gagasan baru yang bertentangan dengan tafsir kitab suci bisa dianggap sebagai ancaman serius. Inilah kisah tragis tentang seorang ilmuwan jenius yang harus membayar mahal keyakinan ilmiahnya.

1. Galileo Galilei mulanya didukung oleh kalangan gereja

ilustrasi gereja (pixabay.com/Bernhard Schürmann)

Pada awalnya, Galileo Galilei justru mendapat sambutan hangat dari kalangan elite gereja. Saat ia mulai mempublikasikan penemuan-penemuan awalnya menggunakan teleskop, banyak tokoh gereja, termasuk para kardinal, yang mengaguminya. Dilansir dari Vatican Observatory, Galileo bahkan memiliki hubungan baik dengan Kardinal Maffeo Barberini, yang kemudian menjadi Paus Urbanus VIII. Dukungan ini menunjukkan bahwa gereja pada masa itu tidak sepenuhnya anti terhadap sains.

Hubungan baik ini terjalin karena pada awalnya, karya-karya Galileo dianggap sebagai sebuah terobosan dalam astronomi. Para astronom Yesuit di Collegio Romano, lembaga pendidikan terkemuka milik gereja saat itu, bahkan mengonfirmasi beberapa penemuan teleskopik Galileo. Namun, dukungan ini bersyarat. Gereja mengizinkan teori heliosentris (Matahari sebagai pusat) dibahas sebagai hipotesis matematika, bukan sebagai kenyataan fisik yang sesungguhnya.

2. Penemuan teleskop menjadi awal mula konflik memanas

ilustrasi teleskop (pexels.com/Lucas Pezeta)

Semua berubah ketika Galileo menyempurnakan teleskop dan mengarahkannya ke langit. Apa yang ia lihat mengguncang fondasi astronomi dan teologi yang telah mapan. Dilansir dari Britannica, Galileo menemukan bahwa Bulan memiliki permukaan kasar dengan gunung dan lembah, bukan bola mulus sempurna seperti yang diyakini sebelumnya. Ia juga menemukan empat bulan yang mengorbit Jupiter, membuktikan bahwa tidak semua benda langit mengelilingi Bumi.

Penemuan paling krusial adalah fase-fase Venus yang mirip dengan fase Bulan. Pengamatan ini, menurut Christian Publishing House, memberikan bukti kuat bahwa Venus mengorbit Matahari, bukan Bumi. Temuan-temuan ini secara langsung menantang model geosentris (Bumi sebagai pusat) Ptolomeus yang telah dianut gereja selama berabad-abad karena dianggap sejalan dengan tafsir harfiah kitab suci. Galileo pun semakin yakin dengan teori heliosentris Copernicus dan mulai mempromosikannya sebagai sebuah fakta, bukan lagi sekadar hipotesis.

3. Galileo Galilei diadili dalam dua kali persidangan inkuisisi

potret lukisan Galileo Galilei (commons.wikimedia.org/Justus Sustermans)

Keyakinan Galileo yang semakin vokal membawanya ke meja hijau Inkuisisi Roma, sebuah lembaga peradilan gereja. Persidangan pertama terjadi pada tahun 1616. Dalam persidangan ini, dilansir dari History.com, gereja secara resmi menyatakan bahwa gagasan heliosentrisme adalah sesat karena bertentangan dengan Kitab Suci. Galileo diperingatkan oleh Kardinal Robertus Bellarminus untuk tidak lagi memegang, mengajarkan, atau membela teori tersebut.

Namun, Galileo tidak menyerah. Pada tahun 1632, ia menerbitkan buku mahakaryanya, "Dialog Mengenai Dua Sistem Utama Dunia" yang secara cerdas membandingkan sistem geosentris dan heliosentris. Meskipun ditulis dalam format dialog, buku ini jelas sekali menunjukkan keunggulan sistem heliosentris. Hal ini membuat Paus Urbanus VIII, teman lamanya, murka karena merasa diperdaya dan diejek. Akibatnya, seperti yang dilaporkan Origins, Galileo kembali diseret ke pengadilan Inkuisisi pada tahun 1633 dengan tuduhan yang lebih serius.

4. Galileo Galilei harus mencabut teorinya dan hidup dalam tahanan rumah

ilustrasi cahaya matahari (pexels.com/Lukas)

Pada persidangan kedua yang menentukan di tahun 1633, Galileo yang saat itu sudah berusia senja dan sakit-sakitan, dinyatakan "sangat dicurigai melakukan penyimpangan ajaran". Di bawah ancaman siksaan, ia dipaksa untuk menarik kembali dukungannya terhadap teori heliosentris. Galileo harus bersumpah di hadapan pengadilan bahwa ia tidak akan pernah lagi mengatakan bahwa Bumi bergerak mengelilingi Matahari.

Meskipun tidak dipenjara dalam sel, Galileo dijatuhi hukuman tahanan rumah seumur hidup. Ia menghabiskan sisa hidupnya di vilanya di Arcetri, dekat Florence, dalam pengawasan ketat. Walaupun dibungkam dan terisolasi, semangat ilmiahnya tidak pernah padam. Selama masa tahanan inilah ia menulis salah satu karyanya yang paling penting, "Wacana dan Demonstrasi Matematika Mengenai Dua Ilmu Baru," yang menjadi dasar bagi ilmu fisika modern.

Kisah Galileo Galilei menjadi pengingat abadi tentang kompleksnya hubungan antara sains dan otoritas. Meskipun pada akhirnya kebenaran ilmiah yang ia perjuangkan menang, ia harus menanggung penderitaan personal yang mendalam. Butuh waktu lebih dari 350 tahun bagi Gereja Katolik untuk secara resmi mengakui kesalahannya dalam kasus Galileo pada tahun 1992.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team