potret ular cobra yang memiliki taring jenis proteroglypha (Pixabay.com/beatebasenau)
Banyak orang mungkin belum tahu bahwa taring ular sebenarnya terdiri dari beberapa jenis. Bukan sekadar gigi panjang yang menonjol, taring ular punya struktur yang unik dan cara kerja yang berbeda-beda, tergantung pada jenisnya.
Melansir laman National Park Service, ada empat tipe utama taring ular yang dikenal, yaitu:
Aglyphous
Opisthoglyphous
Proteroglyphous
Solenoglyphous
Menariknya, hampir semua jenis ini dimiliki oleh ular berbisa, kecuali tipe aglyphous yang tidak bisa mengalirkan racun. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan singkat masing-masing tipe taring:
Solenoglyphous
Jenis taring ini memiliki lubang penuh seperti jarum suntik. Digunakan untuk menusuk dan menyuntikkan bisa secara langsung. Ular Gaboon Viper dan ular derik adalah contoh pemilik taring jenis ini.
Proteroglyphous
Taring ini punya lubang kecil di ujungnya, mirip jarum pendek. Fungsinya untuk menggigit cepat dan menyuntikkan bisa. Contohnya bisa ditemukan pada ular kobra, mamba, dan taipan.
Opisthoglyphous
Tidak memiliki lubang, tapi ada alur di taringnya yang berfungsi sebagai saluran bisa. Cara kerja racunnya lebih lambat karena ular harus mengunyah mangsanya terlebih dahulu. Contohnya adalah ular boomslang.
Aglyphous
Jenis ini tidak memiliki lubang atau alur untuk mengalirkan racun. Taring ini hanya digunakan untuk menggigit, menangkap, dan menahan mangsa. Contohnya bisa dilihat pada ular sanca.