Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Restorasi paraceratherium
Restorasi paraceratherium (commons.wikimedia.org/Meine Mutter)

Intinya sih...

  • Temuan fosil paraceratherium di masa modernDitemukan pertama kali di Pakistan pada abad 19, kemudian ditemukan di berbagai wilayah seperti Kazakhstan, Mongolia, dan Turki.

  • Karakteristik fisik paraceratheriumTingginya mencapai 15,7 kaki, panjangnya sekitar 24,4 kaki, dan beratnya mencapai 20 ton. Paraceratherium memiliki ekor panjang 8 m dan leher seperti jerapah.

  • Perilaku khas paraceratheriumSpesies herbivora ini memanfaatkan lehernya yang panjang untuk mencari makanan. Mereka juga saling bertarung untuk memperebutkan dominasi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jika kamu ingin tahu siapa mamalia dan badak terbesar sepanjang masa. Jawabannya bukan spesies zaman sekarang, melainkan mamalia purba tampak seperti badak bernama paraceratherium.

Perbedaannya dengan badak pada umumnya, paraceratherium tidak punya tanduk diperkirakan hidup di Eurasia purba (perpaduan Eropa dan Asia) sekitar 30-20 juta tahun lalu di era Oligosen akhir.

Taksonominya: kelas mamalia, famili indricotheriinae dan genus paraceratherium. Awalnya indricotheriinae dan genus paraceratherium dianggap spesies berbeda oleh para ilmuwan. Penelitian lebih lanjut oleh SS Lucas dan JC Sobus akhirnya mengklasifikasikan bahwa keduanya adalah spesies yang sama.

Berdasarkan temuan fosilnya, paraceratherium umumnya ditemukan di cekungan gurun kering di Mongolia dan hutan semak berkayu di China serta hutan beriklim sedang hingga sub tropis di beberapa wilayahnya. Temukan informasi mengenai badak terbesar yang pernah hidup di muka bumi ini.

1. Temuan fosil paraceratherium di masa modern

Fosil paraceratherium (commons.wikimedia.org/Emőke Dénes)

Dilansir Fossilguy, fosil paraceratherium pertama kali ditemukan di daerah Dera Bugti/Pakistan. Awalnya fragmen-fragmen ini belum dapat diidentifikasi. Namun saat paleontolog, Pilgrim dan Forester Cooper menemukan lapisan tulang paraceratherium, baru lah spesies ini resmi terindetifikasi pada abad 19.

Awal 1900an, fosil-fosil paraceratherium sudah ditemukan dengan kerangka hampir lengkap oleh ahli paleontologi Rusia di Kazakhstan diberi nama indricotherium transouralicum atau paraceratherium transouralicum.

Temuan berlanjut dengan diperolehnya banyak tulang-tulang yang terkikis dari formasi di Gurun Gobi. Ditemukannya kaki-kaki yang tersangkut di pasir hisap dan masih awet pada 1922. Hari itu yang mendapatkan cukup banyak tulang adalah tim paleontologi Walter Granger.

Pada tahun 2011, banyak temuan fosil di berbagai wilayah: Mongolia, Kazashtan, Pakistan, Semenanjung Anatolia, Turki, Georgia, Serbia, Bulgaria dan Rumania. Sampai saat ini, fosil paraceratherium belum ditemukan benar-benar lengkap, hanya kumpulan potongan-potongan telah ditemukan di berbagai wilayah berbeda.

2. Karakteristik fisik paraceratherium

ilustrasi paraceratherium (commons.wikimedia.org/Elizabeth Rungius Fulda)

Dilansir kids.kiddle, fosilnya belum utuh ditemukan hingga sekarang, namun berdasarkan penelitian para ilmuwan bahwa paraceratherium memiliki tinggi 15,7 kaki atau 4,8 m dan panjangnya sekitar 24,4 kaki atau kisaran 7,4 m. Hal ini setara dengan tinggi gedung dua lantai.

Lebih menakjubkan lagi, berat badak purba tersebut mencapai 20 ton itu setara dengan gabungan berat truk-truk besar. Tak luput, ekornya sangat panjang mencapai 8 m. Lehernya panjang seperti jerapah, kepalanya panjang dan datar, wajahnya bertulang panjang, badannya besar serta berkaki tebal seperti tiang.

3. Perilaku khas paraceratherium

ilustrasi paraceratherium (commons.wikimedia.org/FunkMonk)

Paraceratherium adalah spesies badak herbivora memanfaatkan leher panjangnya untuk menjangkau tajuk pohon agar dapat memetik daun-daun. Selain itu, badak raksasa ini juga memakan kulit kayu, ranting dan semak. Paraceratherium memiliki saluran pencernaan yang panjang.

Sesama jantan paraceratherium saling berkelahi untuk memperebutkan dominasi. Oleh karena itu, para ahli paleontologi menyimpulkan bahwa tulang jantan bertekstur keras digunakan untuk bertarung.

4. Alasan kepunahan paraceratherium

Fosil paraceratherium (commons.wikimedia.org/HaziiLusin)

Memasuki era Oligosen akhir, gajah purba gomphotheres mengubah lanskap habitat paraceratherium dari hutan menjadi padang rumput. Hal tersebut menyebabkan hilangnya sumber makanan dari habitat asli, membuat paraceratherium perlahan berkurang.

Periode kepunahan paraceratherium benar-benar dimulai saat spesies karnivora besar seperti hyainailurus dan amphicyon bermigrasi ke Asia. Mereka langsung memilih paraceratherium sebagai makanannya. Perlahan populasi paraceratherium semakin menipis. Faktor penyerta terakhir kepunahan adalah perubahan habitat dan iklim.

Dalam sudut pandang peneliti, paraceratherium dianggap sebagai ikon paleontologi di Asia karena fosil-fosil besarnya ditemukan di Asia Tengah.

Itulah fakta luar biasa dari badak terbesar sepanjang masa. Bayangkan jika paraceratherium masih hidup dewasa ini. Itu pasti jadi perhatian besar di dunia hewan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team