Ilustrasi patung emas Raja Tutankhamun (pixabay.com/tdittmar75)
Raja Tutankhamun naik takhta Mesir Kuno pada usia sekitar 9 tahun, menggantikan ayahnya Akhenaten pada masa Dinasti Kedelapanbelas sekitar tahun 1333 SM. Dilansir dari laman National Geographic, meskipun usianya masih sangat muda, Tutankhamun memimpin Mesir di tengah masa yang penuh gejolak, termasuk pemulihan agama tradisional setelah perubahan radikal yang dilakukan ayahnya. Karena usianya yang belia, pemerintahan Raja Tut banyak dibimbing oleh penasihat kuat seperti Wazir Agung Ay dan Jenderal Horemheb.
Masa pemerintahannya memang singkat, hanya sekitar 9 tahun, dan meninggal pada usia sekitar 18 atau 19 tahun. Penemuan makamnya oleh Howard Carter pada 1922 menjadi salah satu penemuan arkeologi paling penting karena makamnya ditemukan hampir utuh dengan harta karun yang melimpah.
Selain kemewahan makamnya, kisah Raja Tutankhamun juga terkenal dengan legenda "kutukan" yang dipercaya oleh sebagian orang menyelimuti makamnya, meski para ilmuwan modern menjelaskan kematian misterius yang terkait lebih mungkin disebabkan oleh faktor biologis seperti paparan jamur atau penyakit.
Kisah para raja yang naik takhta sejak usia belia dan harus menghadapi gejolak zaman menunjukkan bahwa kekuasaan tidak lepas dari pengaruh situasi politik dan sosial yang tengah berlangsung. Di balik gemerlap istana dan simbol-simbol kerajaan, tersimpan pergulatan besar yang pada akhirnya turut menentukan arah sejarah sebuah bangsa, bahkan dunia.