Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
buaya (pexels.com/Pixabay)
buaya (pexels.com/Pixabay)

Intinya sih...

  • Kerusakan habitat mengancam populasi buaya.

  • Perubahan iklim mempengaruhi suhu tubuh dan ketersediaan makanan buaya.

  • Perburuan liar dan aktivitas manusia menurunkan populasi buaya serta menyebabkan konflik dengan manusia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Buaya merupakan reptil predator terbesar di muka bumi. Buaya sudah hidup sejak ratusan juta tahun yang lalu dan uniknya bentuk tubuh reptil tersebut tidak banyak berubah. Di alam liar, buaya bisa memakan apapun, mulai dari ikan, ular, burung hingga, rusa. Ia juga berperan penting untuk menyeimbangkan ekosistem. Sayangnya, populasi buaya mulai menurun.

Penurunan populasi buaya sangat mengancam eksistensinya. Jika tidak ditangani dengan serius, maka buaya bisa punah dalam waktu dekat. Gak cuma itu, saat ini juga ada banyak faktor yang mengancam eksistensi buaya. Lebih lanjut, mari kita bahas faktor-faktor tersebut agar kamu bisa ikut menjaga dan melestarikan buaya.

1. Kerusakan habitat

ilustrasi buaya (pexels.com/Pixabay)

Dilansir British Ecological Society, lebih dari setengah populasi buaya di dunia terancam oleh kerusakan habitat. Spesifiknya, kerusakan habitat yang dimaksud adalah rusaknya hutan, sungai yang tercemar, pendangkalan sungai, hingga laut yang kotor dan penuh sampah. Nantinya, kerusakan habitat membuat populasi mangsa menurun, kehidupan buaya terganggu, dan buaya kehilangan tempat tinggal.

Di beberapa daerah, buaya masih bisa mencari tempat lain yang belum rusak. Sayangnya, tak jarang semua tempat sudah rusak sehingga buaya harus hidup di habitat yang rusak. Alhasil, buaya bisa kehabisan makanan, tak bisa berkembang biak, dan akhirnya mati. Untuk mencegah hal tersebut, pengadaan cagar alam, hutan lindung, dan taman nasional harus terus digayangkan.

2. Perubahan iklim

ilustrasi buaya (pexels.com/Pixabay)

Laman U.S. Fish & Wildlife Service menjelaskan kalau perubahan iklim menjadi salah satu ancaman terbesar bagi buaya. Pasalnya, saat ini iklim di bumi selalu tidak menentu. Terkadang, satu daerah bisa menjadi sangat dingin. Di sisi lain, suhu daerah lain bisa naik secara drastis sehingga menyebabkan sungai mengering, tanaman tak bisa tumbuh, hingga populasi mangsa menurun.

Selain itu, suhu yang terlalu panas juga mengganggu metabolisme buaya. Dalam hal ini, buaya tak bisa menjaga suhu tubuh, suhu tubuh buaya terus naik, dan akhirnya mereka mati kepanasan. Ditambah lagi saat ini banyak sungai dan danau yang mengering dan tercemar, alhasil buaya tak bisa mendinginkan diri dengan optimal.

3. Perburuan liar

ilustrasi buaya (pexels.com/Duy Nod)

Buaya memang menyeramkan dan ganas, tapi kulitnya sangat eksotis dan jadi bahan yang bernilai tinggi, lho. Dilansir Sunny Exotic Leathers, kulit buaya sering dijadikan bahan baku pembuatan tas dan barang mewah lain. Harga tas yang dibuat dari kulit buaya juga bisa mencapai jutaan rupiah. Lebih lanjut, berbagai brand fashion terkenal seperti Hermes, Chanel, dan Balenciaga sering membuat tas dari kulit buaya. Oleh karena itu, banyak orang yang memburu buaya secara ilegal.

Buaya kerap dijebak, ditembak, dibunuh, dan dikuliti hanya demi kulitnya. Alhasil, untuk mencegah perburuan liar buaya dikategorikan sebagai hewan yang dilindungi di berbagai daerah. Sayangnya, perburuan liar tak pernah terhenti. Padahal, jika ingin menjual kulit buaya kamu bisa membuat penangkaran buaya yang resmi dan memiliki izin dari pemerintah.

4. Aktivitas manusia

ilustrasi buaya (pexels.com/Annari du Plessis)

Laman The Guardian menjelaskan kalau aktivitas manusia terus mendorong penurunan populasi buaya. Beberapa aktivitas manusia yang mengancam buaya adalah kegiatan penambangan, alih fungsi lahan, reklamasi pulau, penebangan ilegal, pembukaan lahan kebun, pembangunan pemukiman, dan industrialisasi. Efek dari semua hal tersebut sangat beragam, seperti penyempitan habitat, sungai yang surut, populasi mangsa yang menurun, hingga bisa memicu kematian buaya akibat zat kimia yang beracun. Oleh sebab itu, kamu gak boleh sembarangan beraktivitas, khususnya di habitat buaya.

5. Konflik dengan manusia

ilustrasi buaya (pexels.com/Hiren Ranpara)

Sejatinya, manusia dan buaya hidup berdampingan di satu daerah, seperti pinggir sungai, waduk, atau kebun. Sayangnya, hal tersebut menjadi bumerang tersendiri karena bisa memicu konflik buaya dengan manusia. Dilansir berbagai sumber, ada banyak kasus buaya memakan dan menyerang manusia, entah itu di Afrika, India, hingga Indonesia.

Akibat kasus-kasus tersebut, manusia sering marah dan justru membantai buaya karena dianggap membahayakan. Buaya diburu, ditembak, bahkan sarang dan telur buaya juga dibumihanguskan. Tentunya, hal tersebut berisiko membuat buaya punah dalam waktu dekat. Jadi, agar konflik dengan buaya tidak terjadi maka manusia harus waspada dan jangan sembarangan mengganggu buaya dan masuk habitat buaya.

Setelah diulik, faktor yang mengancam eksistensi buaya ada banyak, mulai dari faktor alami hingga faktor akibat ulah manusia. Oleh sebab itu, upaya konservasi terhadap buaya harus selalu digayangkan. Dalam hal ini, kita harus sama-sama menjaga dan melindungi buaya. Jika buaya terlindungi, nantinya manusia juga akan aman dari reptil tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team