Gunung Tambora (pixabay.com/Kanenori)
Di negara-negara sub tropis, 1 tahun terdiri dari empat musim. Namun hal itu gak berlaku di tahun 1816. Dilansir History Today, pada 5 April 1815, Gunung Tambora di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat meletus. Erupsi dahsyat itu diikuti oleh banyak letusan susulan, dan baru benar-benar berhenti sekitar 4 bulan kemudian.
Namun berhentinya letusan Tambora gak lantas membuat bencananya selesai. Setelah membuat ribuan orang meninggal di Sumbawa, abu Gunung Tambora naik ke stratosfer dan menyebabkan suhu global turun sebanyak 3 derajat.
Dampak dari bencana ini adalah, di Eropa dan Amerika Utara, musim dingin datang lebih awal. Sementara di New York dan Maine, salju turun sejak bulan Juni dan Eropa mengalami hujan lebat yang berlangsung selama berbulan-bulan. Para petani mengalami gagal panen dan harga makanan naik.
Kondisi ini berlangsung hingga tahun 1819. Namun tahun 1816 adalah yang terburuk sehingga orang-orang menyebutnya dengan "The Year Without Summer".