Saat mendengar nama Aristoteles, kita langsung membayangkan sosok filsuf agung dari Yunani Kuno yang pemikirannya menjadi fondasi peradaban Barat. Ia adalah guru dari Alexander Agung dan murid dari Plato. Selama hidupnya, ia menulis tentang logika, etika, politik, hingga ilmu alam, yang karyanya menjadi rujukan utama selama hampir dua milenium. Kontribusinya begitu besar, sehingga banyak orang menganggap pemikirannya adalah kebenaran mutlak.
Namun, di balik kejeniusannya, Aristoteles juga seorang manusia yang tak luput dari kesalahan, terutama dalam bidang sains. Dengan keterbatasan teknologi dan metode observasi pada zamannya, banyak teori sains yang ia kemukakan ternyata keliru total. Ironisnya, karena pengaruhnya yang begitu kuat, kekeliruan ini justru dipercaya dan diajarkan selama ribuan tahun, bahkan menghambat kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
