Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi deforestasi
Ilustrasi deforestasi (pexels.com/Pok Rie)

Intinya sih...

  • Hilangnya keanekaragaman hayati

  • Fragmentasi hutan membuat spesies rentan terhadap penyakit dan kepunahan.

  • Perubahan iklim dan pemanasan global

  • Deforestasi menyumbang 10% emisi gas rumah kaca global.

  • Membawa kerugian sosial dan ekonomi

  • Dampak deforestasi meningkatkan frekuensi bencana alam dan merusak kesehatan publik.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Deforestasi adalah hilangnya hutan secara permanen. Ini terjadi ketika pohon-pohon di hutan dihilangkan, baik melalui aktivitas manusia seperti penebangan, pembakaran, dan alih fungsi lahan, maupun faktor alam seperti kebakaran hutan akibat kekeringan ekstrem. Praktik ini telah berlangsung selama berabad-abad, namun lajunya meningkat drastis seiring dengan pertumbuhan populasi dan permintaan komoditas global. Contoh nyatanya adalah ketika hutan hujan di Sumatera diubah menjadi perkebunan kelapa sawit atau ketika lahan gambut di Kalimantan dibakar untuk pembukaan lahan.

Hutan tropis, yang sering disebut sebagai "paru-paru dunia," adalah ekosistem yang paling parah terkena dampaknya. Diperkirakan bahwa jutaan hektar hutan hilang setiap tahun, terutama di wilayah Amazon, Asia Tenggara, dan Afrika. Penghancuran habitat alami ini tidak hanya menghilangkan keindahan alam, tetapi juga memicu serangkaian dampak berantai yang merusak yang menyentuh hampir setiap aspek kehidupan di Bumi.

Artikel ini akan mengupas secara mendalam berbagai konsekuensi dari deforestasi. Mari kita pahami bersama betapa mendesaknya masalah ini, sebelum terlambat menyelamatkan hutan kita!

1. Hilangnya keanekaragaman hayati

Gajah Sumatra di Taman Nasional Tesso Nilo, Kabupaten Pelalawan, Riau, Indonesia (commons.wikimedia.org/Hadly Vavaldi)

Hutan adalah gudang terbesar keanekaragaman hayati yang menjadi rumah bagi lebih dari setengah spesies hewan dan tumbuhan darat di Bumi. Ketika terjadi deforestasi, dampak utamanya adalah kehilangan habitat. Hutan yang ditebang atau dibakar secara otomatis menghilangkan tempat tinggal, sumber makanan, dan tempat berkembang biak bagi jutaan spesies. Spesies endemik yang hanya hidup di area hutan tertentu pun menjadi sangat rentan dan langsung menghadapi ancaman kepunahan.

Selain menghilangkan tempat tinggal, deforestasi juga menyebabkan fragmentasi hutan. Artinya, hutan yang awalnya luas terpecah menjadi petak-petak kecil dan terisolasi. Fragmentasi ini mempersulit hewan untuk bergerak mencari makan atau pasangan, serta membuat populasi mereka rentan terhadap penyakit. Kehilangan keanekaragaman hayati ini tidak hanya merugikan alam, tetapi juga berpotensi menghilangkan sumber daya alam penting, seperti tanaman obat yang belum teridentifikasi yang mungkin menyimpan kunci untuk pengobatan penyakit manusia di masa depan.

2. Perubahan iklim dan pemanasan global

Ilustrasi penebangan dan pembakaran hutan (pexels.com/cottonbro studio)

Salah satu dampak paling krusial dari deforestasi adalah kontribusinya terhadap perubahan iklim dan pemanasan global. Dilansir International Fund for Animal Welfare, hutan berfungsi sebagai penyerap karbon alami, yang menyerap karbon dioksida (CO2) dari udara dan menyimpannya. Ketika pohon ditebang atau dibakar, karbon yang tersimpan di dalamnya dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai CO2, pembentuk utama gas rumah kaca. Proses ini menyumbang sekitar 10% dari total emisi gas rumah kaca global akibat ulah manusia.

Selain itu, hilangnya hutan juga mengganggu siklus air, yang menyebabkan perubahan pola hujan dan curah hujan. Dampak terburuknya, deforestasi menciptakan siklus negatif: ketika suhu global naik akibat hilangnya hutan, hal itu memicu kebakaran hutan yang lebih parah, yang kemudian melepaskan lebih banyak CO2, sehingga mempercepat pemanasan global.

3. Menimbulkan erosi dan tanah longsor

Ilustrasi tanah longsor (pexels.com/Đan)

Deforestasi secara langsung menyebabkan kerusakan serius pada tanah karena menghilangkan sistem perlindungan alami yang disediakan oleh pohon. Pohon dengan akarnya berfungsi seperti jaring kuat yang mengikat tanah agar tidak mudah hanyut, sementara serasah daunnya melindungi tanah dari hantaman langsung air hujan.

Ketika hutan ditebang, tanah menjadi terbuka dan tidak ada lagi yang menahan partikelnya. Alhasil, air hujan akan langsung menghantam permukaan tanah dan menyebabkan erosi, sehingga lahan menjadi tandus dan tidak bisa lagi ditanami. Di daerah perbukitan, hilangnya akar pepohonan yang berfungsi sebagai penyangga alami membuat lereng menjadi tidak stabil. Akibatnya, saat hujan deras, tanah menjadi jenuh dan longsor mudah terjadi.

4. Menyebabkan banjir dan kekeringan

Ilustrasi banjir (pexels.com/Pok Rie)

Deforestasi juga mengacaukan siklus air alami yang selama ini diatur oleh hutan, sehingga dapat menyebabkan bencana banjir dan kekeringan sekaligus. Hutan berperan seperti spons yang menyerap dan menahan air hujan. Ketika hutan hilang, air hujan tidak lagi meresap perlahan, melainkan langsung mengalir deras di permukaan. Peningkatan aliran air yang cepat dan mendadak inilah yang menjadi penyebab utama banjir bandang di kawasan hilir.

Tanah yang gundul dan tandus membuat air hujan tidak meresap, sehingga air langsung mengalir cepat di permukaan dan terbuang ke sungai atau laut. Akibatnya, saat musim kemarau tiba, cadangan air cepat habis dan mata air pun mengering. Selain itu, pohon juga membantu mendatangkan hujan lokal melalui pelepasan uap air (transpirasi), sehingga hilangnya pohon dapat semakin mengurangi curah hujan dan memperparah kekeringan.

5. Membawa kerugian sosial dan ekonomi

Ilustrasi kebanjiran (pexels.com/Jeffry Surianto)

Selain dampaknya terhadap lingkungan dan ekosistem, deforestasi juga membawa kerugian sosial dan ekonomi yang mendalam. Dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat adat dan komunitas lokal, di mana hutan adalah sumber utama makanan, obat-obatan, dan mata pencaharian mereka. Hilangnya hutan berarti hilang pula sumber daya vital, yang meningkatkan kemiskinan dan mengancam kesehatan mereka. Hutan juga memiliki nilai budaya dan spiritual, sehingga alih fungsi lahan sering memicu konflik tanah dan pergeseran budaya.

Secara ekonomi, meskipun penebangan menghasilkan uang cepat, tetapi kerugian jangka panjangnya jauh lebih besar. Deforestasi meningkatkan frekuensi bencana alam—terutama banjir dan longsor—yang memerlukan biaya pemulihan sangat tinggi. Selain itu, negara pun kehilangan air bersih dan penyerapan karbon yang kemudian harus diganti dengan teknologi mahal. Terakhir, dampak deforestasi juga memicu kabut asap yang merusak kesehatan publik dan menyebabkan kerugian ekonomi akibat terganggunya aktivitas dan meningkatnya biaya pengobatan.

Mengatasi deforestasi memerlukan tindakan yang terintegrasi dari berbagai pihak. Upaya konservasi harus diperkuat melalui program reboisasi di lahan yang gundul untuk memulihkan fungsi penting hutan. Selain itu, kawasan hutan yang masih tersisa seharusnya ditetapkan dan dijaga sebagai kawasan lindung untuk melindungi keanekaragaman hayati, dan praktik penebangan pun harus berkelanjutan.

Dalam hal ini, peran pemerintah sangat krusial dengan cara memperketat penegakan hukum terhadap penebangan liar dan pembakaran lahan, serta memberlakukan penundaan izin baru pembukaan hutan primer. Pemerintah juga perlu memberikan insentif bagi perusahaan dan masyarakat yang mengelola lahan secara ramah lingkungan. Suatu perusahaan harus berkomitmen pada kebijakan "nol deforestasi" dalam rantai pasok mereka, sementara konsumen didorong untuk memilih produk bersertifikasi keberlanjutan. Semua upaya ini dapat didukung oleh teknologi pemantauan satelit untuk memastikan akuntabilitas dan respons cepat terhadap kerusakan hutan.

Deforestasi membuktikan bahwa hutan adalah komponen mendasar yang menopang kehidupan di Bumi. Karena dampaknya yang saling terkait, masalah ini tidak cukup diatasi hanya dengan larangan. Diperlukan kolaborasi dan perubahan perilaku kolektif dari semua pihak, baik itu pemerintah maupun masyarakat. Waktunya mendesak! Melindungi hutan berarti mengamankan masa depan kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus segera bertindak untuk menghentikan perusakan hutan dan mulai berupaya menanam kembali masa depan yang berkelanjutan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team