Ilustrasi doomscrolling yang kerap terjadi kala cuaca panas mendera (freepik.com/freepik)
Panas bikin kita malas gerak, tapi jempol tetap aktif scrolling. Fenomena doomscrolling—kebiasaan konsumsi berita negatif tanpa henti—jadi makin parah di cuaca ekstrem. Dalam laporan Nature Human Behaviour (2023), konsumsi konten negatif saat tubuh tidak nyaman bisa memperburuk efek psikologisnya hingga dua kali lipat.
Cuaca panas memperkuat efek ini, karena membuat kita lebih rentan terhadap informasi yang menimbulkan kecemasan atau kemarahan. Layar HP yang terus menyala jadi jendela taksadar ke dalam badai emosional. Kita tahu harus berhenti, tapi tetap lanjut—karena otak sudah kecanduan stimulasi.
Tanpa sadar, panas luar dan panas dalam menyatu jadi ledakan stres yang membuat kita kehilangan kendali atas diri sendiri. Doomscrolling bukan hanya perkara berita buruk, tapi tentang tubuh yang sudah tidak mampu memproses beban informasi di tengah suhu yang tidak bersahabat.
Cuaca panas pun bukan cuma urusan keringat dan kipas angin. Di balik suhu ekstrem, ada gangguan senyap terhadap kesehatan mental dan digital kita. Fenomena heatstroke digital bukan isapan jempol—tubuh, pikiran, dan teknologi kini saling berkelindan dalam cara yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.
Maka, penting untuk tidak hanya mendinginkan tubuh dengan air dingin, tapi juga mendinginkan pikiran dengan jeda digital. Batasi screen time, tetap aktif bergerak, dan berikan waktu istirahat bagi otak yang terus bekerja. Karena di tengah suhu ekstrem, menjaga waras dan sadar diri adalah kunci bertahan paling penting.