Ilustrasi rasi Orion yang punya banyak nama dalam setiap kebudayaan dan daerah di dunia (flickr.com/fotobagaluten)
Keindahan Orion membuatnya muncul dalam berbagai budaya dunia. Bangsa Yunani kuno menggambarkannya sebagai pemburu gagah yang diburu kalajengking. Mesir Kuno bahkan menyusun Piramida Giza sejajar dengan sabuk Orion, yang mereka anggap sebagai wujud Dewa Osiris.
Di Nusantara, Orion dikenal dengan nama Waluku oleh masyarakat Jawa, sedangkan di Maluku ada kisah mitologi lokal yang mengaitkannya dengan dewa laut. Menurut catatan Ammarell and Tsing dalam buku yang bertajuk Handbook of Archaeoastronomy and Ethnoastronomy, rasi Orion selalu dikaitkan dengan siklus agraris dan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa Orion adalah ‘rasi kosmopolitan’—di mana pun ia muncul, manusia selalu memberi makna. Orion bukan sekadar bintang, tapi jembatan antara sains, budaya, dan spiritualitas.
Akhir September adalah waktu yang tepat untuk menyambut Orion kembali ke langit. Dari petani Jawa yang menunggu musim hujan, ilmuwan yang meneliti Nebula Orion, sampai para pemburu bintang yang menantikan supernova Betelgeuse, semua punya cerita tentang rasi ini.
Jadi, saat dini hari nanti kamu menatap langit timur dan melihat Orion perlahan naik, ingatlah bahwa kamu sedang melihat salah satu rasi paling gila, penuh misteri sekaligus sejarah. Orion bukan hanya rasi, tapi legenda kosmik yang hidup ribuan tahun di imajinasi manusia.