ilustrasi pandemi COVID-19 (pexels.com/cottonbro)
Timbulnya pandemi virus corona telah membebani banyak gen Z dengan tekanan tambahan. Banyak remaja harus melangkah dan menjadi pengasuh bagi orang tua atau anggota keluarga mereka yang lanjut usia selama pandemi. Bahkan, banyak remaja yang juga harus kehilangan orang tua dan anggota keluarga karena COVID-19.
Selain itu, akibat pandemi, banyak gen Z dan milenium yang mengalami PHK ataupun pengurangan gaji yang makin memperburuk situasi keuangan mereka. Banyak lulusan baru yang menjadi pengangguran dan memaksa gen Z untuk mencari pekerjaan di luar jalur karir yang mereka idamkan.
Bukan hanya dari kalangan pekerja saja, banyak pelajar yang juga semakin stres akibat pemberlakuan pembelajaran daring. Banyak anak muda mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan cara belajar dari rumah. Tak jarang, karena pembelajaran dari rumah, banyak anak muda yang juga secara bersamaan harus menyelesaikan pekerjaan rumah dan sekolah yang membuat mereka kewalahan.
Bagi kaum muda dari keluarga berpenghasilan rendah, belajar dari rumah menghadirkan tantangan karena harus membeli berbagai perlengkapan, seperti komputer, gadget, printer, dan kuota internet yang memaksa keluarga berpenghasilan rendah harus berjuang lebih untuk menghasilkan uang untuk biaya tambahan ini. COVID-19 telah menempatkan gen Z dalam ketidakpastian masa depan mereka, terutama mereka yang baru saja lulus kuliah atau akan segera lulus.
Banyaknya tekanan zaman yang dialami oleh gen Z membuat generasi ini sangat rentan akan masalah kesehatan mental. Di era digital yang serba mudah, nyatanya tidak membuat hidup menjadi 100% lebih baik. Sudah saatnya, kita lebih aware terhadap isu kesehatan mental pada diri kita sendiri dan orang-orang yang ada di sekitar kita.