Ilustrasi vicuña yang dianggap suci dan dilindungi undang-undang (inaturalist.org/adrianbraidotti)
Selain aspek ekonomi, vicuña juga punya dimensi spiritual. Masyarakat Andes masih menganggapnya hewan suci yang membawa kelimpahan. Bahkan kanal berita BBC News melansir bahwa UNESCO sudah mengakui tradisi chakku sebagai warisan budaya tak benda dunia, karena mencerminkan harmoni antara manusia dan alam.
Negara-negara Andes kini punya hukum khusus untuk melindungi vicuña. Peru, misalnya, menetapkan aturan bahwa semua perdagangan bulu vicuña harus legal, transparan, dan berkelanjutan. Setiap produk yang beredar di pasaran global wajib memiliki sertifikat asal-usul agar bisa dipastikan tidak berasal dari perburuan liar.
Dengan perlindungan hukum dan penghormatan budaya, vicuña bukan hanya selamat dari kepunahan, tetapi juga menjadi simbol bagaimana manusia bisa menjaga kelestarian satwa langka sambil tetap memanfaatkannya secara bijak.
Vicuña mungkin kecil dan tampak sederhana, tapi ia menyimpan kisah besar tentang hubungan manusia, kekuasaan, dan alam. Dari bulu yang lebih mahal dari emas hingga statusnya sebagai hewan sakral kerajaan Inca, vicuña membuktikan bahwa nilai seekor hewan tidak hanya diukur dari tubuhnya, tetapi juga dari sejarah, budaya, dan simbolisme yang melekat padanya.
Kini, vicuña hidup kembali di padang rumput Andes, bebas berlari di bawah langit biru yang sama dengan nenek moyangnya. Ia mengingatkan kita bahwa alam bisa kembali pulih jika manusia belajar menghormati batas dan menjaga keseimbangan. Vicuña bukan sekadar hewan, ia adalah pelajaran hidup yang berjalan dengan empat kaki di dataran tinggi Andes.