Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kehidupan bawah laut
ilustrasi kehidupan bawah laut (pexels.com/jeremy-bishop)

Intinya sih...

  • Suara bergerak lebih cepat di dalam air, sekitar 4,5 lipat lebih cepat daripada di udara.

  • Ocean noise paling banyak disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pelayaran kapal dan eksplorasi minyak.

  • Mengganggu komunikasi antarsatwa laut dan membuat hewan laut kesulitan berburu, mengancam seluruh ekosistem laut.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Meskipun dihuni oleh beraneka ragam satwa dari bawah hingga puncak rantai makanan, dunia bawah laut memiliki ritme kehidupan yang lebih tenang dan damai. Ketenangan ini bisa berubah menjadi lanskap yang bising, dan mengganggu ekosistem laut. Penyebabnya pun beragam, salah satunya adalah aktivitas manusia.

Fenomena ini disebut dengan ocean noise atau kebisingan laut, di mana suara-suara yang tak bersumber dari fenomena alami laut membuat polusi suara dan mengusik hewan-hewan di dalam laut. Walaupun bentuk polusinya tak kasat mata seperti mikroplastik atau pengasaman laut. Berikut beberapa fakta mengenai ocean noise yang mampu mengganggu perilaku hewan-hewan laut.

1. Suara bergerak lebih cepat di dalam air

ilustrasi kehidupan bawah laut (pexels.com/samson-bush)

Suara bergerak sekitar 4,5 lipat secara cepat ketika berada di dalam air dibandingkan saat berada di udara. Kecepatan suara meningkat seiring bertambahnya salinitas air. Hal ini membuat komunikasi suara di dalam laut lebih efektif dan efisien.

Kecepatan suara di dalam air berpengaruh pada kebisingan laut membuat suara lalu lintas kapal, sonar, hingga pengeboran minyak bisa terdengar hingga ratusan bahkan ribuan kilometer. Tentunya hal ini akan mengganggu kehidupan berbagai satwa di dalam laut, karena dampak dari ocean noise yang lebih luas.

2. Ocean noise paling banyak disebabkan oleh aktivitas manusia

ilustrasi kapal laut (pexels.com/matthew-barra)

Kebisingan laut bisa disebabkan oleh faktor alamiah, seperti gelombang, gempa bumi, hingga suara-suara yang disebabkan oleh satwa laut sendiri. Namun, mayoritas kebisingan laut disebabkan oleh aktivitas manusia.

Misalnya pelayaran kapal, sonar militer, hingga eksplorasi minyak dan gas. Mesin kapal seperti baling-baling ketika berputar dengan cepat akan menghasilkan frekuensi suara yang bisa merambat ribuan kilometer di bawah laut.

Pembangunan infrastuktur laut seperti pengeboran dan penancapan tiang pancang untuk jembatan juga menghasilkan suara yang keras. Akibatnya suara-suara ini mengganggu kehidupan bawah dan sekitar laut.

3. Mengganggu komunikasi antarsatwa laut

ilustrasi kehidupan bawah laut (pexels.com/kelly)

Di bawah laut yang gelap, satwa-satwa laut cenderung bergantung pada kemampuan mendengar bertahan hidup. Mereka mencari mangsa, berkomunikasi, bahkan menemukan pasangan menggunakan pola suara khusus. Suara-suara yang mereka dengar akan membantu mereka bernavigasi dan menyelamatkan diri dari mangsa.

Kebisingan laut dapat menyamarkan suara alami yang biasa digunakan hewan laut untuk berkomunikasi. Jika mereka kehilangan kemampuan berkomunikasi, mereka akan cenderung stres. Bahkan mereka harus meninggalkan habitat yang terkena kebisingan dan harus pergi lebih untuk menemukan pasangan. Akibatnya, hewan-hewan laut suit untuk berkembang biak atau sekadar hidup berkelompok.

4. Hewan laut kesulitan berburu

ilustrasi lumba-lumba (pexels.com/jeremy-bishop)

Selain mengganggu komunikasi antar satwa laut, ocean noise juga membuat hewan laut kesulitan berburu. Terutama hewan-hewan yang mengendalikan pendengaran untuk mendapatkan makanan.  Contohnya lumba-lumba yang menggunakan kemampuan ekolokasi atau biosonar.

Suara yang disebabkan ocean noise akan membingungkan hewan laut karena kesulitan membedakan antara suara alami mangsa atau suara aktivitas manusia, meskipun jaraknya bisa ribuan kilometer. Suara samar bisa mengubah perilaku yang membuat hewan-hewan laut bekerja keras mencari mangsa.

5. Ocean noise mengancam seluruh ekosistem laut

ilustrasi kehidupan bawah laut (pexels.com/hungtran)

Ketika hewan laut yang mengandalkan suara atau kemampuan ekolokasi tidak bisa bekerja semestinya, maka seluruh ekosistem bisa terganggu. Seperti efek domino yang merusak seluruh rantai makanan.

Misalnya spesies pemangsa yang cenderung mengandalkan suara kesulitan mencari mangsa. Maka, populasi hewan di rantai bawahnya menjadi tak terkendali. Akibarnya mengancam keseimbangan ekosistem bawah laut.

Kebisingan laut juga memengaruhi migrasi hewan-hewan laut. Mereka akan cenderung meninggalkan habitatnya atau bahkan tidak bisa pulang kembali ke habitatnya.

Secara keseluruhan, ocean noise atau kebisingan laut memang tidak terlihat. Namun, kehadirannya bisa mengancam ekosistem bawah laut. Membiarkan fenomena ini terjadi berarti mengabaikan fondasi kelangsungan hidup seluruh ekosistem laut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team