Ilustrasi istana bangsa Asyiria (dok. Wikimedia Commons)
Dilansir Britannica, dokumen Asyiria paling awal dalam koleksi perpustakaan berasal dari pemerintahan Sargon II (721-705 SM) dan Sanherib (704-681 SM) yang menjadikan Niniveh sebagai ibu kota Neo-Asyiria. Dari koleksi perpustakaan kita dapat mengikuti intrik pengadilan, mendengarkan laporan intelijen rahasia, mengikuti ritual selangkah demi selangkah, mendengar kata-kata himne dan doa, dan membaca buku pegangan medis, serta membaca dengan sangat detail tentang perbuatan raja-raja.
Berbagai koleksi tersebut didapatkan dari juru tulis yang diperintahkan Raja Ashurbanipal untuk mencari, mengumpulkan atau menyalin teks dari setiap koleksi dari perpustakaan kuil. Kolektsi tersebut di luar dari tambahan koleksi tablet yang diambil dari Ashur, Calah, dan Niniveh sebelumnya.
Koleksi dikelompokkan dalam teks-teks berdasarkan pengamatan peristiwa penting, mulai dari perilaku dan ciri-ciri manusia, hewan, dan tumbuhan; pergerakan Matahari, Bulan, planet, dan bintang; mantera, doa, ritual, cerita fabel, hingga peribahasa. Epos tradisional Mesopotamia seperti kisah Penciptaan, Gilgamesh, Irra, Etana, dan Anzu; dan beberapa cerita rakyat seperti The Poor Man of Nippur diduga pendahulu dari salah satu cerita Seribu Satu Malam Baghdad.