5 Fakta Sejarah tentang Pohon Cemara dan Sinterklas di Perayaan Natal

Bulan Desember adalah bulan yang identik dengan perayaan Natal bagi penganut agama Kristen di seluruh dunia. Biasanya, dalam perayaan Natal ada beberapa simbol atau ornamen yang selalu melekat dan seolah menjadi sebuah keharusan dalam perayaan Natal. Dua hal yang selalu melekat dengan perayaan Natal adalah pohon cemara bersalju dan Sinterklas.
Namun, bagaimana sejarah mereka bisa sampai dijadikan simbol dan makna dalam perayaan Natal? Ya, kali ini kita akan membahas fakta sejarah mengenai pohon Natal dan Sinterklas. Disimak, ya!
1. Pohon cemara memiliki makna khusus bagi orang-orang Eropa
Ada sebuah pertanyaan sederhana yang bahkan belum tentu bisa dijawab oleh orang-orang yang merayakan Natal itu sendiri, mengapa pohon Natal identik dengan cemara? Yup, pertanyaan sederhana namun membutuhkan jawaban yang panjang akan sejarahnya. Faktanya, bagi orang-orang Eropa, Amerika, Kanada, dan bahkan penduduk yang tinggal di wilayah Arktika yang selalu dingin, pohon cemara memang memiliki tempat yang spesial.
Dicatat dalam laman History, cemara adalah salah satu pohon yang bisa bertahan hidup sepanjang tahun, termasuk dalam cuaca ekstrem yang membeku. Hal ini membuat pohon cemara dijadikan makna damai secara simbolis bagi kebanyakan orang Eropa, bahkan sebelum agama Kristen ada.
Oh ya, secara ilmiah pohon cemara memang merupakan salah satu spesies tanaman yang sangat tahan terhadap suhu dingin. Studi ilmiah berjudul Cold Tolerance in Cypress: A Physiological and Molecular Study yang diterbitkan pada 2011 mengungkap bahwa tanaman cemara sanggup bertahan hidup dengan baik pada suhu minus 15 hingga minus 30 derajat celcius.
Nah, setelah agama Kristen masuk ke tanah Eropa secara masif, penggunaan pohon cemara diperluas untuk mempercantik perayaan Natal yang identik dengan salju dan cuaca dingin. Pada awalnya, beberapa warga Eropa kuno memberikan hiasan sekadarnya pada pohon-pohon hijau yang ada di pekarangan rumahnya pada saat musim dingin tiba.
Hal ini berlanjut hingga abad pertengahan, di mana Natal menjadi perayaan paling besar di tanah Eropa kala itu. Di zaman tersebut, banyak warga Eropa yang masih sangat kolot dan minim ilmu pengetahuan. Bagi mereka, penggunaan pohon cemara di musim dingin - selain untuk mempercantik perayaan Natal - juga dipercaya bisa menangkal roh jahat.