5 Fakta Unik Rodrigues Flying Fox, Pemakan Buah yang Perannya Penting

Tidak hanya dikenal sebagai rodrigues flying fox, mereka juga dijuluki rodrigues fruit bat. Mereka hanya bisa ditemukan di Pulau Rodrigues, bagian dari negara Mauritius. Spesies kelelwar ini berada dalam famili Pteropodidae dan memiliki nama ilmiah Pteropus rodricensis. Panjang tubuhnya 15-20 sentimeter, lebar kepakan sayapnya 90 sentimeter dan beratnya mencapai 350 gram. Mengapa mereka disebut sebagai rubah terbang? Itu karena telinganya runcing dan moncongnya memanjang!
Ciri khas tersebut membuatnya tampak seperti rubah kecil yang menggemaskan itu. Warna bulunya bervariasi, mulai dari oranye, kuning, perak, merah dan hitam. Jantan dan betina terlihat serupa sehingga cukup sulit bagimu untuk membedakannya. Penasaran dengan menu makan dari spesies kelelawar ini? Yuk, baca fakta di bawa ini dan temukan jawabannya.
1. Wilayah penyebaran rodrigues flying fox
Spesies kelelawar ini hanya bisa kamu temui di Pulau Rodriguez, bagian dari Mauritius yang terletak di bagian selatan Samudra Hindia di timur Madagaskar. Tapi, karena sebagian besar habitat aslinya telah hancur, saat ini hanya ditemukan di Cascade Pigeon. Tempat itu merupakan lebat kecil yang dipenuhi pepohonan. Animal Diversity menginformasikan bahwa spesies ini menghuni hutan hujan lebat dan memanfaatkan pepohonan untuk bersarang.
2. Memanfaatkan penglihatan dan penciumannya yang tajam
Menu makan rodrigues flying fox terdiri dari asam jawa, mangga, buah palem, buah ara dan jambu mawar. Mereka melengkapi dietnya dengan bunga, nektar dan serbuk sari. Melansir Sandiego Zoo, spesies ini tidak membutuhkan ekolokasi untuk mencari makan karena merupakan frugivora.
Tapi, mereka memanfaatkan penglihatan dan penciumannya. Bahkan melakukan penandaan aroma untuk menandai wilayahnya, terutama oleh jantan yang terkenal teritorial. Adaptasi yang sangat penting bagi para kelelawar pemakan buah.
3. Hidup dalam kelompok besar
Sebagai hewan sosial, rodrigues flying fox hidup dalam kawanan besar. Betina bertengger bersama dan membentuk koloni, sementara jantan memilih untuk hidup sendirian. Terdapat hierarki sosial di antara jantan dan mereka juga sangat teritorial. Sebelumnya, mungkin bisa ditemukan 500 lebih kelelawar per kelompok jika saja tidak terancam oleh kerusakan habitat, badai dan perburuan.
4. Jantan dominan membentuk harem
Walaupun tidak banyak informasi yang diketahui tentang sistem perkawinannya, tapi jantan dominan dari spesies ini ternyata membentuk harem beranggotakan hingga 10 betina. Sementara itu, jantan yang posisinya lebih rendah bersarang di bagian lain dari kelompok itu. Musim kawinnya terjadi pada bulan Oktober hingga Desember.
Betina melahirkan satu anak setelah mengandung selama 120--180 hari. Setelah lahir, anaknya menempel di perut induknya dan tetap berada di sana selama 30 hari. Saat anaknya bertambah berat, induk akan meninggalkannya di sarang. Anaknya baru bisa terbang setelah berusia 2--3 bulan dan hidup mandiri pada usia 6--12 bulan. Mereka mencapai dewasa reproduktif pada usia 1--2 tahun.
5. Perannya sangat penting!
Karena memakan banyak buah-buahan, rodrigues flying fox punya peran penting di habitatnya. Mereka membantu meregenerasi hutan dengan menyebarkan benih baru yang diludahkannya saat makan. Selain itu, kelelawar ini membantu menyerbuki tanaman karena melengkapi dietnya dengan serbuk sari.
Rodrigues flying fox ternyata tidak perlu menggunakan ekolokasi seperti kelelawar pemakan hewan. Total populasinya diperkirakan sekitar 20.000 kelelawar dan diklasifikasikan sebagai endangered oleh IUCN. Mereka terancam oleh kehilangan habitat karena terdampak oleh badai dan aktivitas manusia seperti diburu untuk dijadikan sebagai makanan. Walaupun begitu, tren populasinya mengalami peningkatan.