Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Slab City
Slab City (unsplash.com/JoshSanabria)

Intinya sih...

  • Tempat ini berdiri di atas bekas pangkalan Militer Perang Dunia II

  • Dijuluki “tempat bebas terakhir”, tapi tidak sepenuhnya tanpa hukum

  • Hidup sepenuhnya mandiri di tempat terpencil atau “off-the-grid”

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jauh di tengah panasnya Gurun Sonoran di California, ada sebuah komunitas unik yang hidup di luar batas normal masyarakat, yang dikenal sebagai Slab City. Tempat ini dengan bangga menjuluki dirinya "The Last Free Place in America" atau "Tempat Bebas Terakhir di Amerika". Di sini tidak ada sewa, tidak ada pajak, dan tidak ada tagihan listrik atau air. Siapa saja boleh datang dan tinggal secara gratis, menjadikannya surga bagi para kaum nomaden, seniman, pensiunan, dan siapa pun yang ingin lari dari hiruk pikuk dunia modern.

Tapi, benarkah tempat ini benar-benar "bebas" tanpa aturan sama sekali seperti reputasinya? Di balik citra anarkis dan kebebasan absolutnya, ternyata ada patroli polisi, pengiriman paket, hingga "hukum" tak tertulis yang dijalankan oleh para penghuninya sendiri. Jadi, seperti apa kehidupan sebenarnya di tempat yang kontradiktif ini? Mari kita bedah fakta-fakta unik di balik mitos dan realita Slab City ini!

1. Tempat ini berdiri di atas bekas pangkalan Militer Perang Dunia II

Slab City (unsplash.com/JoshSanabria)

Nama "Slab City" atau "The Slabs" bukanlah nama kiasan doang. Tempat ini benar-benar berdiri di atas sisa-sisa pangkalan militer Angkatan Laut AS dari era Perang Dunia II yang bernama Camp Dunlap. Setelah pangkalan ini dibongkar pada tahun 1946, yang tersisa hanyalah lempengan-lempengan beton (concrete slabs) bekas fondasi bangunannya. Lempengan-lempengan inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para penghuni awal sebagai dasar yang rata untuk memarkirkan trailer atau mendirikan kemah mereka.

2. Dijuluki “tempat bebas terakhir”, tapi tidak sepenuhnya tanpa hukum

Slab City (unsplash.com/JoshSanabria)

Slab City sering diromantisasi sebagai "Tempat Bebas Terakhir di Amerika" atau "Kota Tanpa Hukum". Kenyataannya sedikit lebih rumit. Meskipun tidak ada pemerintahan kota resmi, tidak ada pajak properti, dan biaya hidup nyaris nol, hukum negara bagian California dan federal tetap berlaku. Polisi diketahui tetap berpatroli hampir setiap hari. Namun, untuk urusan internal, para penghuninya sering kali menjalankan "hukum" mereka sendiri, menyelesaikan perselisihan dengan cara yang tidak akan kamu temukan di kota biasa.

3. Hidup sepenuhnya mandiri di tempat terpencil atau “off-the-grid”

Slab City (unsplash.com/JoshSanabria)

Salah satu fakta paling mendasar tentang Slab City adalah tidak adanya fasilitas publik sama sekali. Tidak ada listrik, tidak ada saluran air bersih, tidak ada sistem pembuangan limbah, dan tidak ada layanan pengumpul sampah. Para penghuninya harus bertahan hidup secara mandiri. Mereka mendapatkan listrik dari panel surya atau generator, air dari kota terdekat, dan membangun toilet atau kamar mandi darurat mereka sendiri. Kreativitas adalah kunci untuk bertahan hidup di sini.

4. Populasinya membengkak drastis saat musim dingin

Slab City (unsplash.com/JoshSanabria)

Slab City memiliki dua jenis populasi yang sangat berbeda. Ada sekitar 150 penghuni tetap yang cukup tangguh untuk bertahan di tengah panas gurun yang bisa mencapai lebih dari 40°C di musim panas. Namun, saat musim dingin tiba (sekitar bulan Oktober hingga Mei), populasinya meledak hingga mencapai sekitar 4.000 orang. Mereka ini adalah para "snowbirds" atau para nomaden, pelancong dengan RV atau van, dan pensiunan yang datang untuk menikmati cuaca musim dingin yang nyaman dan "berkemah gratis".

5. Banyak instalasi seni raksasa yang ikonik

Slab City (unsplash.com/JoshSanabria)

Meskipun terkenal dengan citranya yang keras, Slab City juga merupakan pusat dari outsider art yang luar biasa. Dua instalasi seni yang paling terkenal adalah Salvation Mountain dan East Jesus. Salvation Mountain, yang berada di pintu masuk Slab City, adalah sebuah bukit buatan raksasa yang dicat warna-warni dengan pesan "Tuhan adalah Cinta" oleh Leonard Knight. Sementara itu, East Jesus adalah sebuah taman patung sureal yang seluruhnya terbuat dari barang-barang bekas dan sampah, menunjukkan sisi artistik dan kreatif dari komunitas ini.

Slab City ini adalah cerminan dari sisi lain Amerika yang sering kali tersembunyi, di mana kebebasan datang dengan risiko. Mulai dari sisa-sisa pangkalan militer, kreativitas seni yang lahir dari “sampah”, hingga sistem sosialnya yang unik. Walau tidak sepenuhnya “tanpa hukum”, tempat ini memang definis sebenarnya dari “the last free place in America”, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team