Di negara tetangga kita, yaitu Vietnam, hidup salah satu primata paling terancam punah dan langka di dunia, ialah Tonkin Snub-nosed Monkey (Rhinopithecus avunculus). Dengan hidung pesek yang menggemaskan, wajah pucat kebiruan, dan ekornya yang sangat panjang, spesies ini tampak seperti makhluk dari dunia lain. Sayangnya, keindahan mereka kini hampir tinggal me-legenda karena populasinya yang menurun drastis. Primata ini bukan hanya simbol keunikan alam Vietnam, tetapi juga peringatan atas rapuhnya keanekaragaman hayati di Asia Tenggara. Walaupun primata ini sedang dalam ujung kepunahan, ada beberapa hal unik dari mereka yang wajib kita ketahui sebelum mereka menghilang dari bumi ini, berikut fakta unik dari Tonkin Snub-nosed Monkey!
5 Fakta Unik Tonkin Snub Nosed Monkey, Primata Terbesar di Vietnam

Intinya sih...
Primata Endemik Vietnam yang Pernah Dianggap Punah
Wajahnya yang Eksotis Jadi Ciri Khasnya
Tubuhnya dapat Mencerna Daun Tua
1. Primata Endemik Vietnam yang Pernah Dianggap Punah
Di dunia ini, mereka hanya dapat ditemukan di Vietnam, lebih tepatnya di provinsi Ha Giang dan Tuyen Quang, di sebelah timur Sungai Merah. Primata ini tinggal di hutan tropis yang selalu hijau di antara perbukitan dan pegunungan kapur karst, Vietnam. Kini mereka menjadi salah satu primata paling terancam punah dan juga paling langka di dunia. Namun, sebelumnya mereka juga pernah dianggap punah. Dilansir dari New England Primate Conservancy, meskipun pertama kali diidentifikasi pada tahun 1912, spesies ini jumlahnya sangat sedikit sehingga kemudian dianggap punah oleh komunitas ilmiah. Dan baru pada tahun 1990-an mereka ditemukan kembali.
2. Wajahnya yang Eksotis Jadi Ciri Khasnya
Dari segi penampilan, yang paling mencolok adalah wajahnya. Wajahnya sekilas tampak seperti menggunakan makeup. Bagaimana tidak, di area mata dihiasi dengan warna biru muda dan di hidungnya yang pesek terdapat segitiga berwarna biru abu-abu tua serta di bagian bawah mata. Selain itu, yang unik dari mereka adalah bibirnya yang 'dower' berwarna pink.
Selain wajahnya yang seperti di makeup, tubuhnya juga ditutupi dengan bulu yang tidak kalah cantik. Sebagian besar tubuh mereka ditutupi dengan bulu berwarna hitam atau bau-abu tua. Sementara di bagian perut, lengan bagian dalam, hingga kaki bagian dalam, ditutupi dengan bulu berwarna krem muda atau krem keputihan. Di tenggorokannya juga terdapat bulu berwarna oranye yang cukup mencolok di bulu dadanya yang berwarna krem muda. Mereka juga memiliki ekor yang sangat panjang berwarna kombinasi antara hitam dan putih, dan hanya di ujungnya saja yang berwarna putih.
Walaupun mereka dikenal sebagai spesies terkecil di dalam genusnya, tetapi di Vietnam mereka dikenal sebagai primata terbesar di sana. Terdengar aneh, tetapi ini nyata adanya. Spesies lain di genusnya, sebagian besar tinggal dan hidup di Tiongkok, sedangkan mereka satu-satunya yang tinggal di Vietnam, hingga diberi gelar sebagai yang 'terbesar'. 'Gelar' ini diberi bukan tanpa alasan, mereka memiliki tubuh dengan panjang sekitar 51-62 cm, ditambah dengan ekor yang memiliki panjang sekitar 66-92 cm. Mereka juga menunjukkan dimorfisme seksual - yang di mana monyet jantan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan betina. Jantan memiliki berat sekitar 14 kg, sedangkan betina memiliki berat hanya 8,5 kg saja. Selain dilihat dari ukurannya, mereka juga dapat dibedakan melalui bulu yang terdapat di tenggorokannya – yang di mana jantan memiliki bulu oranye yang sangat kontras, sedangkan betina memiliki bulu yang tidak terlalu kontras atau samar.
3. Tubuhnya dapat Mencerna Daun Tua
Makanan yang mereka makan cukup beragam, mulai dari daun muda, daun tua, buah-buahan (baik mentah maupun matang), bunga, hingga biji-bijian. Namun, yang uniknya adalah terdapat pada kebiasaannya yang selalu memakan daun tua. Daun tua memang sulit untuk di cerna tubuh, akan tetapi berbeda dengan primata yang satu ini – mereka dapat mencerna makanan tersebut di karena kan mereka memiliki lambung yang berkantung atau berongga, yang di mana di dalam kantung-kantung itu makanan akan difermentasi oleh bakteri sebelum di cerna sepenuhnya. Maka dari itu, mereka dapat dengan mudah mencerna daun tua. Sementara primata lain seringkali kesulitan mencernanya.
4. Kehidupan Kelompoknya yang Cukup Memprihatinkan
Kehidupan kelompok mereka sangatlah unik. Bagaimana tidak, mereka hidup dengan kelompok yang tidak terlalu besar, jika dibandingkan dengan spesies di genusnya. Di genusnya, terdapat tiga spesies yang hidup dalam kelompok yang sangat besar, yang kelompoknya bisa mencapai 500 ekor. Namun, berbeda dengan spesies satu ini, yang di mana mereka hanya bisa mencapai sekitar 30 ekor per kelompoknya, tetapi secara umum mereka hidup dalam kelompok yang terdiri dari 12-15 ekor per kelompoknya. Kemungkinan hal ini terjadi karena populasinya sedikit dan terus menurun, serta hidup dalam habitat yang telah terfragmentasi.
5. Populasinya Kurang dari 250 saja!
Sayangnya populasi mereka kini hanya 150-250 ekor yang tersisa di dunia ini. Angka yang cukup mengkhawatirkan ini membuat mereka berada di ambang kepunahan, dan juga membuat mereka tergolong dalam spesies kritis terancam punah atau Critically Endangered oleh IUCN. Dikutip dari New England Primate Conservancy, selama tiga generasi, atau sekitar 38 tahun, populasi mereka telah menurun hingga 80%. Namun, menurut data terbaru menunjukkan bahwa adanya peningkatan populasi selama beberapa tahun terakhir, sehingga masih ada harapan untuk bisa selamat dari ujung kepunahan.
Populasinya yang mengkhawatirkan ini disebabkan oleh habitatnya yang terus tergerus oleh penebangan hutan, penambangan emas, perkebunan, hingga pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur terus meningkat disebabkan karena meningkatnya populasi manusia di sana. Selain itu, perburuan liar menjadi momok menakutkan bagi mereka juga. Terkadang mereka sering diburu untuk dijadikan sebagai obat tradisional oleh masyarakat setempat. Tekanan perburuan ini sangatlah tinggi, hingga dapat menyebabkan turunnya populasi mereka yang cukup drastis.
Kini, mereka tercantum dalam perjanjian Internasional antar pemerintah yaitu CITES (Convention on Internasional Trade in Endangered Species), yang memiliki tujuan untuk memastikan mereka tidak di perdagangkan. Kini mereka juga telah tinggal di beberapa kawasan lindung di Vietnam. Tindakan konservasi mereka juga berjalan cukup baik – mulai dari pemerintah hingga masyarakat, mereka sangat mendukung penuh untuk bisa menyelamatkan primata lucu ini.
Tonkin Snub-nosed Monkey adalah contoh nyata keindahan sekaligus kerapuhan alam liar Asia Tenggara. Melestarikan mereka bukan hanya soal menyelamatkan satu spesies, tetapi juga menjaga warisan alam Vietnam yang unik dan tak tergantikan. Jika langkah konservasi tidak diperkuat, primata berhidung pesek ini mungkin hanya akan tersisa dalam buku sejarah dan foto-foto lama.