Ilustrasi ikan tuna yang tak hanya memangsa ikan kecil tapi juga mikroplastik di lautan (unsplash.com/Naja Bertolt Jensen)
Hewan predator seperti hiu dan tuna berada di puncak rantai makanan laut. Namun, justru karena itu, mereka paling banyak menimbun mikroplastik dari mangsa yang sudah terkontaminasi. Penelitian di Frontiers in Marine Science menemukan mikroplastik di lambung dan hati tuna sirip kuning di Samudra Hindia.
Konsentrasi tinggi bahan kimia dari plastik juga bisa berpindah ke jaringan lemak ikan predator, meningkatkan risiko toksisitas dan gangguan hormon. Beberapa peneliti bahkan menduga bahwa mikroplastik bisa memengaruhi perilaku berburu dan reproduksi ikan besar.
Jadi, bukan cuma ikan kecil yang bahaya, tapi predator laut pun kini membawa jejak plastik dalam setiap gerakannya.
Laut tak lagi hanya biru, tapi berkilau oleh partikel mikroplastik yang tak kasat mata. Jika dulu laut menjadi sumber kehidupan, kini ia perlahan menjadi cermin peradaban konsumtif manusia. Plastik yang kita buang hari ini mungkin kembali ke tubuh kita besok—lewat sepiring seafood kesukaan.
Kita takbisa memulihkan laut hanya dengan rasa sedih. Dibutuhkan perubahan nyata: mengurangi plastik sekali pakai, memilah sampah dengan benar, dan mendukung riset serta kebijakan lingkungan yang berpihak pada ekosistem laut. Sebab, kalau laut rusak, takada lagi kehidupan yang bisa benar-benar segar.