Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hewan Endemik Malta
Ilustrasi hewan endemik Malta yang langka dan misterius (commons.wikimedia.org/T3rRyCa)

Intinya sih...

  • Kadal tebing Malta, ikon fauna dengan adaptasi ekstrem

  • Kepiting air tawar Malta, bertahan di kondisi hampir tanpa air

  • Shrew Malta, mamalia mini dengan tingkat metabolisme tertinggi di Eropa Selatan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau kamu pikir Malta hanya terkenal karena pantainya yang biru atau reruntuhan kuno seperti Ħaġar Qim, kamu keliru besar! Di balik pesona Mediterania itu, tersimpan makhluk-makhluk kecil yang hanya bisa ditemukan di kepulauan mungil ini—bahkan tak ada satu pun di dunia lain. Dari kepiting air tawar yang bertahan di sungai mini hingga lebah yang berevolusi sendiri melawan panas ekstrem, Malta menyimpan rahasia biologis yang luar biasa.

Hewan-hewan ini adalah saksi evolusi yang sunyi—beberapa di antaranya sudah hidup sejak zaman es terakhir, menyesuaikan diri dengan cuaca kering dan habitat yang makin menyusut. Yuk, kenalan dengan enam hewan endemik Malta yang menakjubkan dan jarang diketahui ini!

1. Maltese wall lizard, si penguasa tebing batu

Ilustrasi maltese wall lizard si penguasa dinding batu (inaturalist.org/scienzenaturali)

Kadal kecil ini punya nama ilmiah Podarcis filfolensis dan merupakan ikon fauna Malta. Menurut Chadwick Lakes, kadal ini memiliki lima subspesies unik yang masing-masing hidup di pulau berbeda seperti Filfla, Comino, dan Gozo. Warna kulitnya pun bervariasi; hijau zaitun di satu pulau, kehitaman di pulau lain. Hal ini disebabkan adaptasi ekstrem terhadap lingkungan karstik yang keras.

Spesies ini sangat penting secara ekologis karena berperan sebagai pengendali populasi serangga lokal. Namun, aktivitas manusia dan introduksi predator asing membuat sebagian populasinya terancam. Uniknya, penelitian dari Journal of Thermal Biology menunjukkan bahwa kadal ini bisa bertahan di suhu batu mencapai 50°C, berkat sistem metabolik yang sangat efisien.

Kadal Malta adalah simbol ketahanan, dengan tubuh kecil, gesit, tapi penuh strategi hidup. Seolah hendak mengatakan, “Kami kecil, tapi kami abadi.”

2. Maltese freshwater crab, sang penjaga sungai yang mengering

Ilustrasi maltese freshwater crab si penjaga sungai yang mengering (inaturalist.org/gentoo)

Bayangkan kepiting yang hidup di pulau kering! Itulah Potamon fluviatile lanfrancoi, si kepiting air tawar Malta yang sangat langka. The Central Mediterranean Naturalist, menyebutkan bahwa populasinya kini hanya tersisa di beberapa lembah berair musiman, terutama di Gozo. Habitatnya makin berkurang karena urbanisasi dan pencemaran air.

Penelitian oleh Debrincat & Schembri menunjukkan bahwa spesies ini memiliki kemampuan luar biasa untuk bertahan dalam kondisi hampir tanpa air, dengan menggali liang berlumpur dan memperlambat metabolisme tubuh. Itulah adaptasi khas dari makhluk yang lahir di tanah gersang.

Sayangnya, tanpa konservasi ketat, lanfrancoi mungkin segera menjadi legenda—kisah kepiting yang dulu pernah menari di sungai Malta.

3. Sicilian shrew, mamalia mini yang cuma ada di Gozo

Ilustrasi sicilian shrew yang jadi mamalia mini endemik Gozo (inaturalist.org/gabriele_ferraro)

Hewan ini kecil, tapi punya sejarah besar. Crocidura sicula calypso adalah satu-satunya mamalia yang benar-benar endemik di Malta. Guide Me Malta, mencatat bahwa shrew ini hanya ditemukan di Pulau Gozo, dan diyakini merupakan keturunan shrew Sisilia yang terisolasi sejak zaman es ribuan tahun lalu.

Berbeda dari tikus, hewan ini adalah insektivora sejati—pemakan serangga, cacing, dan larva tanah. Studi oleh Journal of Zoology menemukan bahwa subspesies ini punya tingkat metabolisme tertinggi di antara mamalia kecil Eropa Selatan, sehingga membutuhkan makanan hampir setiap jam untuk bertahan hidup.

Walau tak sepopuler panda atau koala, shrew Malta membuktikan bahwa evolusi punya selera humor sendiri, yakni menjadikan makhluk sekecil jari manusia sebagai puncak adaptasi pulau.

4. Maltese honey bee, sang penjaga emas Mediterania

Ilustrasi maltese honey bee sang penjaga emas Mediterania (inaturalist.org/andygo1)

Lebah madu Malta, Apis mellifera ruttneri, adalah kebanggaan ilmuwan lokal. Menurut riset dari Frontiers Microbiology, lebah ini telah beradaptasi selama ribuan tahun terhadap iklim kering dan angin panas Afrika Utara. Mereka punya warna tubuh lebih gelap dan lebih tahan terhadap penyakit dibanding lebah Eropa lainnya.

Yang menarik, lebah ini dikenal lebih agresif tetapi sangat efisien dalam mengumpulkan nektar bunga liar Malta yang langka. Populasinya sempat menurun akibat masuknya lebah impor, tapi kini mulai dilindungi oleh Malta Beekeepers Association—dilansir dari Bulletin of Insectology.

Lebah ini bukan cuma penghasil madu—ia penjaga identitas ekologi Malta, bukti bahwa kerja keras dan ketahanan bisa berwujud sepasang sayap kecil.

5. Maltese ruby tiger moth, ngengat dengan sayap romantis

Ilustrasi maltese ruby tiger moth yang punya sayap romantis (commons.wikimedia.org/Attribution)

Ngengat ini punya nama ilmiah Phragmatobia fuliginosa melitensis, dan warnanya sungguh menawan, yaitu merah lembayung dengan corak kehitaman di sayap bawah. Dikutip dari Commonwealth Science Council Conference on Identifying and Monitoring Biodiversity and its Utilization in Commonwealth Small Island Developing States, bahwa ngengat ini berevolusi di Malta sebagai subspesies tersendiri akibat isolasi geografis dan pola angin Mediterania.

Ngengat ini aktif pada sore hari dan menjadi indikator penting untuk kualitas ekosistem karena larvanya sensitif terhadap polusi udara. Riset dari Jurnal Nature menyebut bahwa pola warnanya juga berfungsi sebagai mekanisme pertahanan mimikri, meniru spesies beracun untuk mengelabui predator.

Keindahan dan kelicikannya menjadikannya simbol paradoks Malta, yaitu pulau kecil dengan strategi hidup besar.

6. Maltese topshell, permata laut yang tersembunyi

Ilustrasi maltese topshell yang jadi permata laut tersembunyi (inaturalist.org/samuel-iglesias)

Siput laut kecil bernama Gibbula nivosa ini jarang disadari keberadaannya, tapi merupakan spesies laut endemik yang hanya hidup di sekitar pantai berbatu Malta. Menurut Environment and Resources Authority (ERA), siput ini memiliki peran penting dalam menjaga ekosistem intertidal dengan memakan alga berlebih yang bisa merusak karang.

Populasinya kini menurun karena aktivitas menyelam dan perubahan iklim yang memanaskan perairan. Studi oleh Imperiled: The Encyclopedia of Conservation memperingatkan bahwa tanpa perlindungan, spesies ini bisa punah dalam 50 tahun ke depan.

Kecil dan nyaris tak terlihat, topshell adalah pengingat bahwa bahkan kehidupan sekecil pasir pun bisa jadi kunci keseimbangan laut.

Di dunia yang kian terhubung dan homogen, hewan-hewan endemik Malta adalah sisa keberagaman yang masih berbisik pelan; bahwa alam pernah bebas bercerita tanpa campur tangan manusia. Setiap kadal, lebah, dan kepiting di Malta menyimpan kisah bertahan hidup di tengah pulau kecil yang keras, tapi penuh cinta kehidupan.

Melindungi mereka bukan sekadar menjaga spesies, tapi juga menjaga narasi sejarah bumi yang ditulis dalam bentuk sayap, sisik, dan cangkang kecil. Karena di balik luasnya laut Mediterania, Malta masih menyimpan keajaiban biologis yang tak ternilai—dan semoga, tak terlupakan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team