Potret penduduk Madagaskar (pixabay.com/aga2rk)
Madagaskar memiliki sejarah panjang yang dipengaruhi oleh berbagai bangsa dan budaya. Diogo Dias adalah seorang navigator Portugis sekaligus orang Eropa pertama yang diketahui mengunjungi Pulau Madagaskar pada tahun 1500, ia pun menamainya Pulau St. Lawrence. Setelah itu, Eropa mulai tertarik melakukan perdagangan, meskipun akhirnya mengalami kegagalan karena kondisi cuaca yang keras dan perlawanan penduduk setempat.
Studi arkeologi abad ke-20 menunjukkan bahwa Madagaskar dihuni sekitar tahun 700 Masehi. Sebelum kedatangan Eropa, pemukim pertama diyakini berasal dari Asia Tenggara, khususnya Indonesia sekitar 2.000 tahun yang lalu, ditambah dengan unsur-unsur Afrika melalui migrasi internal dan perdagangan budak pada abad ke-16. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa Pulau Madagaskar dihuni melalui beberapa pelayaran di sepanjang pesisir India, Jazirah Arab, dan Afrika, yang mengakibatkan populasi campuran, serta adanya pengaruh Afro-Arab di pesisir sebelum tahun 1000 M.
Bahasa Malagasi dan Prancis adalah bahasa resmi Madagaskar. Bahasa Malagasi berasal dari rumpun bahasa Austronesia, yang dituturkan di sebagian besar kepulauan Indonesia, tetapi terdapat juga pengaruh bahasa Bantu dari Afrika. Sementara bahasa Inggris tidak banyak digunakan.
Secara keseluruhan, Madagaskar adalah “laboratorium evolusi”, tempat di mana alam telah menciptakan keajaiban yang luar biasa. Isolasi memungkinkan Madagaskar untuk mengembangkan ekosistem yang unik, dengan keberagaman budaya yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Jadi, geografis Madagaskar yang terpencil bukanlah sebuah kelemahan, melainkan kekuatan yang menjadikannya menakjubkan.