5 Fakta Brookesia nana, Bunglon Terkecil di Dunia Asli Madagaskar

- Brookesia nana adalah bunglon terkecil di dunia
- Spesies ini ditemukan di Madagaskar pada tahun 2012
- Mereka tinggal di lantai hutan dengan habitat yang sangat terbatas
Bunglon adalah jenis reptil yang termasuk dalam kelompok kadal. Mereka sangat populer karena memiliki karakteristik menakjubkan. Sebagian besar bunglon dapat ditemukan di Madagaskar, meskipun ada juga beberapa spesies di Eropa Selatan dan Asia.
Ada berbagai ukuran bunglon, mulai dari yang paling besar seperti Bunglon Parson (Calumma parsonii) yang ukuran tubuhnya bisa mencapai hampir 70 cm, hingga yang paling kecil seperti Brookesia nana. Meskipun mini, tetapi Brookesia nana memiliki ciri khas yang membuat mereka menjadi kelompok reptil yang sangat menarik.
Lantas, sekecil apa Brookesia nana? Mari kita telusuri!
1. Diidentifikasi sebagai spesies reptil baru

Penemuan spesies ini terjadi pada tahun 2012. Bermula dari ekspedisi ilmiah yang dilakukan oleh ahli herpetologi Jerman, yaitu Frank Rainer Glaw, bersama dengan timnya di hutan hujan pegunungan Sorata, Madagaskar utara. Dalam ekspedisi tersebut, mereka berhasil menemukan dua individu, yaitu satu jantan dan satu betina.
Setelah penemuan awal tersebut, spesimen-spesimen ini dibawa untuk analisis lebih lanjut. Butuh beberapa waktu bagi para ilmuwan untuk mempelajari secara detail karakteristik morfologi dan genetiknya. Dilansir National Geographic, akhirnya spesies ini secara resmi dideskripsikan dan dinamai Brookesia nana dalam jurnal ilmiah Scientific Reports pada 28 Januari 2021.
2. Spesies reptil terkecil di dunia

Dilansir iNaturalist, Brookesia nana atau bunglon nano adalah genus bunglon yang terbagi menjadi dua garis keturunan, salah satunya terdiri dari spesies miniatur. Dalam genus Brookesia, ada Brookesia micra, Brookesia minima, Brookesia tuberculata, yang memiliki ukuran tubuh sangat kecil, dan Brookesia nana adalah contoh paling ekstrem dari garis keturunan miniatur ini. Bagi Brookesia nana, ukuran tubuh yang kecil ini membawa serta keuntungan adaptasi sekaligus tantangan yang harus dihadapi untuk bertahan hidup.
Ya, Brookesia nana adalah spesies reptil terkecil di dunia. Bayangkan saja, ukuran tubuhnya hanya selebar ujung jari orang dewasa. Panjang tubuh betina jika diukur dari ujung moncong hingga ujung ekornya hanya sekitar 29 mm, sementara jantan lebih pendek, yaitu sekitar 22 mm. Mereka memiliki tubuh berwarna bercak-bercak cokelat dan ekor berwarna kuning-oranye. Terdapat juga deretan tuberkel dorsolateral alias benjolan kecil menyerupai duri yang terletak di sepanjang sisi punggung bunglon, sejajar dengan tulang belakangnya.
3. Tinggal di lantai hutan

Madagaskar dikenal memiliki keistimewaan sebagai rumah flora dan fauna karena keunikan dan banyaknya spesies endemik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia, salah satunya adalah Brookesia nana. Mereka memiliki habitat yang sangat terbatas. Secara spesifik, mereka hidup di hutan hujan yang berada di dataran tinggi atau pegunungan.
Dibandingkan pohon, Brookesia nana lebih suka mendiami lantai hutan yang terdiri dari materi organik yang sudah mati dan membusuk, seperti serasah daun, ranting kering, dan batang pohon jatuh, yang melapisi tanah mineral. Warna tubuhnya pun secara alami berbaur sempurna dengan habitatnya dan ukuran tubuhnya yang sangat kecil juga membuat mereka sangat sulit ditemukan.
4. Tidak berubah warna, tetapi organ reproduksinya besar

Perubahan warna pada bunglon merupakan bentuk komunikasi sosial, suasana hati, atau penyesuaian terhadap suhu dan cahaya. Namun, Brookesia nana tidak memiliki kemampuan tersebut, yang disebabkan oleh evolusi dan adaptasi terhadap ceruk ekologinya. Alih-alih perubahan warna aktif dan dramatis, reptil mini ini lebih mengandalkan kamuflase pasif yang sangat efektif di habitatnya.
Meskipun tubuhnya kecil, tetapi Brookesia nana jantan memiliki hemipenis (organ reproduksi berpasangan pada kadal) yang besar dibandingkan dengan ukuran tubuhnya secara keseluruhan. Hal ini memungkinkan jantan lebih mudah melakukan kopulasi dan memastikan keberhasilan reproduksi dengan betina. Fenomena hemipenis besar ini juga menunjukkan adanya batasan fisiologis pada miniaturisasi ekstrem, di mana organ reproduksi harus tetap berfungsi optimal untuk memastikan kelangsungan hidup spesies.
5. Kemungkinan terancam punah

Status konservasi Brookesia nana saat ini masih menjadi perhatian serius, meskipun belum secara resmi terdaftar dalam daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature). Namun, para peneliti yakin bahwa spesies ini sangat mungkin terancam punah, karena mereka hanya ditemukan di satu lokasi spesifik yang wilayah jelajahnya sangat kecil. Selain itu, habitat mereka di Madagaskar juga menghadapi tekanan berat akibat penggundulan hutan untuk lahan pertanian dan peternakan.
Menepis kekhawatiran tersebut, pegunungan Sorata, wilayah tempat Brookesia nana ditemukan telah ditetapkan sebagai kawasan lindung untuk melindungi blok hutan hujan yang tersisa, termasuk Brookesia nana. Penetapan ini diharapkan dapat memberikan perlindungan yang sangat dibutuhkan bagi habitat reptil mini ini.
Karena baru ditemukan dan sangat kecil, masih banyak hal yang belum diketahui tentang Brookesia nana, termasuk ukuran populasinya yang pasti. Kurangnya data ini menyulitkan evaluasi status konservasi yang akurat. Namun, penemuan ini merupakan bukti nyata bahwa begitu banyak keanekaragaman hayati yang belum terungkap di Madagaskar, dan pentingnya penelitian serta konservasi untuk melindungi spesies dan habitatnya.