Kalau kamu pikir taman botani itu cuma kumpulan tanaman dalam pot, kamu harus lihat The Eden Project di Cornwall, Inggris. Tempat ini bukan sekadar taman, tapi eksperimen besar antara arsitektur, sains, dan mimpi manusia untuk hidup harmonis dengan alam. Sejak dibuka tahun 2001, taman futuristik ini sudah menarik jutaan pengunjung dan jadi contoh nyata bahwa lahan mati pun bisa disulap jadi surga hijau. Yuk, intip tujuh fakta menariknya yang bikin kagum!
7 Fakta Menarik Eden Project, Taman Hijau di Bekas Tambang Inggris

Intinya sih...
Eden Project dibangun di lahan bekas tambang Inggris, disulap menjadi taman raksasa dengan biaya 141 juta Poundsterlling.
Desain futuristik oleh arsitek Nicholas Grimshaw, memiliki dua kubah raksasa yang menyerupai sarang lebah dan menyimpan dua iklim berbeda dalam satu taman.
Menyongsong konsep ramah lingkungan dengan energi listrik dari panel surya, air hujan untuk menyiram tanaman, dan sistem pemanas menggunakan sumber energi biomassa.
1. Dibangun di lahan bekas tambang Inggris
Sebelum jadi hijau dan megah seperti sekarang, area Eden Project dulunya adalah bekas tambang tanah liat yang tandus dan berlubang dalam. Menurut situs resmi Eden Project, lokasi ini dulunya ditinggalkan selama puluhan tahun sebelum disulap menjadi taman raksasa berisi ribuan spesies tanaman dari seluruh dunia. Pembangunannya dimulai pada tahun 1998 dan rampung dalam waktu sekitar 2,5 tahun, dengan biaya mencapai 141 juta Poundsterlling, seperti dilansir Institution of Civil Engineers (ICE). Kini, area bekas tambang itu berubah menjadi ruang hidup baru yang subur dan menjadi simbol rekayasa lingkungan modern.
2. Berbentuk mirip sarang lebah futuristik
Ciri paling ikonik dari Eden Project adalah dua kubah raksasanya (disebut biomes) yang tampak seperti sarang lebah futuristik. Setiap kubah terdiri dari ratusan panel ETFE, yaitu material transparan super ringan yang bisa mentransmisikan cahaya lebih baik dari kaca namun jauh lebih tahan lama. Menurut arsitek Grimshaw Architects, kompleks biome ini memiliki delapan kubah geodesik dengan total luas mencapai 23.000 meter persegi. Bentuk heksagonalnya bukan hanya estetis, tapi juga efisien dalam menahan tekanan angin dan menjaga suhu dalam ruangan tetap stabil.
3. Dua iklim berbeda dalam satu taman
Setiap kubah di Eden Project menyimpan iklim dan ekosistemnya sendiri. Kubah pertama, Rainforest Biome, meniru iklim hutan hujan tropis dengan suhu dan kelembapan tinggi, lengkap dengan pohon pisang, bambu, dan pepohonan raksasa. Kubah kedua, Mediterranean Biome, menghadirkan suasana khas Afrika Selatan, California, hingga Italia dengan tanaman seperti zaitun, lavender, dan anggur. Menurut data ICE, kubah terbesar memiliki tinggi sekitar 55 meter dan panjang 200 meter, sedangkan yang lebih kecil sekitar 35 meter tinggi dan 135 meter panjang. Rasanya seperti keliling dua benua dalam sehari—tanpa perlu paspor!
4. Dirancang oleh arsitek visioner Nicholas Grimshaw
Desain futuristik ini lahir dari tangan Sir Nicholas Grimshaw, arsitek asal Inggris yang dikenal dengan proyek berteknologi tinggi. Ia menerapkan filosofi “building as organism” atau bangunan yang hidup dan beradaptasi seperti makhluk biologis. Menurut ArchDaily, Grimshaw menekankan pentingnya integrasi antara struktur dan lanskap, sehingga bangunan tampak menyatu dengan lembah bekas tambang. Setiap elemen, dari rangka baja hingga sistem ventilasi, dirancang agar bekerja alami dengan lingkungan sekitar.
5. Menyongsong konsep ramah lingkungan
Keindahan Eden Project bukan cuma di desainnya, tapi juga pada filosofi keberlanjutannya. Energi listriknya sebagian besar berasal dari panel surya, sementara air hujan dikumpulkan untuk menyiram tanaman dan menjaga kelembapan di dalam kubah. Sistem pemanasnya menggunakan sumber energi biomassa dan sirkulasi udara alami untuk menghemat listrik. Menurut Eden Project, semua limbah di lokasi ini didaur ulang, menjadikannya contoh nyata bagaimana arsitektur bisa ramah terhadap bumi.
6. Jadi pusat riset global
Eden Project bukan hanya tempat wisata, tapi juga pusat penelitian dan edukasi lingkungan. Para ilmuwan di sini mempelajari cara bercocok tanam di iklim ekstrem, inovasi pangan masa depan, hingga konservasi keanekaragaman hayati. Dilansir dari situs resminya, Eden Project menjalankan berbagai program pendidikan untuk anak-anak dan dewasa tentang pentingnya keberlanjutan dan perubahan iklim. Jadi, setiap langkah di taman ini bukan cuma indah, tapi juga membuka wawasan tentang masa depan bumi.
7. Tempat konser dan festival musik dunia
Percaya atau tidak, Eden Project juga sering jadi panggung musik besar. Mulai dari Coldplay, Muse, sampai Elton John pernah tampil di sini. Bayangkan menonton konser di bawah kubah kaca dengan latar pepohonan tropis dan pencahayaan alami, jadi pengalaman yang jarang ada di dunia! Fungsi ganda ini membuat Eden Project bukan sekadar karya arsitektur, tapi juga ruang budaya yang hidup sepanjang tahun.
Kesuksesan Eden Project menginspirasi lahirnya versi-versi baru di berbagai negara, termasuk Eden Project North di Inggris Utara dan Eden Project Qingdao di Tiongkok. Semua membawa semangat yang sama, yaitu menjembatani manusia dengan alam lewat sains dan desain futuristik. Setiap versi memiliki adaptasi lokal sesuai iklim dan budaya setempat, membuktikan bahwa harmoni dengan alam bisa diwujudkan di mana pun. Keren, ya!