7 Fakta Tentang Praktik Sihir di Abad Pertengahan yang Wajib Diketahui

Abad Pertengahan adalah salah satu masa yang paling sering dikutip dalam produk budaya populer. Banyak film, buku, dan serial televisi yang dibuat pada periode ini. Entah sebagai latar belakang, plot atau penggambaran karakter mereka. Tak hanya itu, mereka juga sering merepresentasikan praktik sihir di benua Eropa ke dalamnya.
Namun, tidak semua hal yang digambarkan itu benar. Tentu saja, terkadang semua 'bumbu' sihir itu dibuat untuk kepentingan hiburan semata.
Untuk meluruskannya, inilah tujuh fakta tentang praktik sihir di Eropa pada abad pertengahan yang harus kalian ketahui, agar tak salah paham lagi.
1. Percaya dengan sihir adalah hal yang tabu
Di awal abad pertengahan, percaya pada ilmu sihir adalah hal yang tabu. seorang teolog dan filsuf yang paling berpengaruh di Abad pertengahan, St. Augustine menyangkal kalau setan atau makhluk spiritual lain dapat memberikan kekuatan magis kepada manusia.
Menurut Augustine, percaya dengan ilmu sihir sama saja seperti 'mengizinkan' setan untuk menipu manusia. Dalam hal ini, setan menipu manusia dengan memberikan sebuah bayangan, kalau manusia tersebut memiliki kekuatan magis. Pemikirannya itu diikuti oleh sebagian besar tulisan hukum dan teologis pada Abad Pertengahan.
Hal ini terlihat dalam salah satu teks di abad ke-10 berjudul 'Canon Episcopi' yang menginstruksikan para pendeta untuk 'berkhotbah' kepada masyarakat sekitar, kalau ilmu sihir adalah 'khayalan' yang dibuat oleh setan.