Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi hewan laut aneh di dunia (flickr.com/Alex Yean)
Ilustrasi hewan laut aneh di dunia (flickr.com/Alex Yean)

Intinya sih...

  • Cumi vampir hidup di kedalaman 600-1.200 meter, memakan marine snow dan mampu memancarkan cahaya biru kemerahan melalui bioluminesensi.

  • Gurita peniru dari Sulawesi bisa meniru bentuk hewan lain untuk menipu predator, menunjukkan kekayaan biodiversitas laut Indonesia.

  • Armored searobin adalah ikan laut dalam yang bisa berjalan di dasar laut menggunakan sirip tebal yang menyerupai kaki.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di bawah permukaan biru yang menenangkan, tersimpan makhluk-makhluk yang begitu aneh, unik, bahkan tampak mustahil ada. Ilmuwan laut kerap menyebut samudra sebagai “dunia ketiga” setelah daratan dan udara—tempat di mana hukum evolusi bisa menghasilkan bentuk kehidupan yang mengejutkan.

Banyak dari hewan ini jarang terdengar di media populer. Bahkan, sebagian besar mungkin belum pernah kamu baca di artikel sains populer. Mulai dari cumi “vampir dari neraka” yang tidak mengisap darah, hingga cacing laut kecil berwarna cerah yang mirip ornamen natal—semua ini nyata adanya. Yuk, kita telusuri tujuh hewan laut paling aneh yang bikin kamu merinding sekaligus tercengang!

1. Cumi vampir yang dijuluki dari neraka

Ilustrasi vampire squid yang dijuluki vampir dari neraka (flickr.com/AndyAJ1)

Cumi vampir (Vampyroteuthis infernalis) sering dijuluki vampire squid from hell. Namun, jangan terkecoh dengan namanya—hewan ini tidak mengisap darah. Sebaliknya, ia memakan marine snow, yaitu sisa-sisa partikel organik yang melayang turun ke dasar laut—dirilis dari Jurnal Scientific Report. Hidup di kedalaman 600 hingga 1.200 meter, cumi ini bertahan di lingkungan dengan oksigen sangat rendah.

Keunikan lain yang telah dikonfirmasi melalui publikasi ilmiah Current Biology adalah cara pertahanannya. Saat terancam, ia membalikkan jubah lengannya sehingga duri-duri kecil tampak keluar, menyerupai makhluk menakutkan. Ditambah, tubuhnya dapat memancarkan cahaya biru kemerahan melalui bioluminesensi, membuat predator kebingungan.

Keanehan ini menjadikan cumi vampir sebagai simbol betapa adaptifnya kehidupan laut dalam. Dalam dunia tanpa cahaya matahari, mereka mampu bertahan dengan “diet debu laut” yang bagi kita tampak tidak masuk akal.

2. Gurita peniru, si master ilusi dari Sulawesi

Ilustrasi gurita peniru dari Sulawesi (inaturalist.org/Kimberly Tripp Randal)

Indonesia punya perwakilan hewan laut aneh juga rupanya, yaitu gurita peniru (Mimic octopus). Berdasarkan laporan AIDASCO Reviews, spesies gurita ini pertama kali ditemukan di Sulawesi pada 1998. Bahkan ia bisa meniru bentuk hewan lain, seperti belut laut, ikan singa, atau ubur-ubur untuk menipu predator.

Tidak hanya meniru bentuk, gurita peniru juga meniru cara berenang dan perilaku hewan yang ditirunya. Misalnya, ia merayap memanjang ke dasar laut seperti belut beracun, atau mengibarkan lengannya seperti ubur-ubur beracun. Menurut Jurnal Proceedings of the Royal Society B, kemampuan ini adalah bentuk evolusi luar biasa yang hanya ditemukan pada hewan laut dalam.

Keberadaan gurita peniru menunjukkan betapa kaya dan uniknya biodiversitas laut Indonesia. Ia bukan sekadar penyamar, melainkan seniman kamuflase yang membuat predatornya terkecoh total.

3. Searobin berbaja, ikan yang “berjalan” di laut

Ilustrasi ikan searobin yang bisa berjalan di laut (flickr.com/NOAA Ocean Exploration & Research)

Tidak semua ikan berenang. Armored searobin adalah ikan laut dalam yang bisa berjalan di dasar laut menggunakan sirip tebal yang menyerupai kaki. Tubuhnya dilengkapi pelat keras dan duri tajam yang berfungsi sebagai perisai alami.

Acta Ichthyologica et Piscatoria merilis temuannya bahwa searobin berbaja juga memiliki barbel yang sangat sensitif—membantu mereka mendeteksi mangsa di pasir laut. Bentuknya yang mirip makhluk prasejarah membuat banyak ilmuwan menyebutnya sebagai “fosil hidup.”

Fenomena ikan berjalan ini menggambarkan bahwa laut dalam adalah laboratorium evolusi. Alih-alih berenang bebas, searobin memilih cara lain untuk bertahan hidup—yaitu berjalan di lantai laut bak monster mekanis.

4. Pyrosome, sang api yang hidup di samudra

Ilustrasi pyrosome berbentuk tabung yang sebenarnya merupakan koloni hewan laut (flickr.com/Nannete Van Antwerp)

Jika kamu melihat lautan malam berpendar cahaya panjang yang bergerak, jangan buru-buru mengira itu kapal alien. Itu bisa jadi pyrosome, koloni hewan laut kecil (zooid) yang bersatu membentuk tabung panjang bercahaya.

Lebih lanjut, Jurnal Ecology pernah merilih bahwa pyrosome bisa mencapai panjang beberapa meter. Setiap individu dalam koloni menghasilkan cahaya bioluminesens, dan ketika menyatu, mereka tampak seperti “api hidup” di dalam laut. Lebih menakjubkan lagi, mereka bergerak dengan jet propulsion kolektif—setiap zooid memompa air untuk mendorong seluruh koloni.

Fenomena pyrosome adalah bukti bahwa kerja sama di alam bisa menghasilkan bentuk kehidupan yang indah sekaligus aneh. Dari organisme mikroskopis, mereka menciptakan “penerangan kosmik” di dasar laut.

5. Hiu cookiecutter, predator kecil dengan gigi abadi

Ilustrasi hiu cookiecutter yang punya gigi daur ulang (flickr.com/Jennifer Strotman)

Jangan remehkan ukuran tubuh hiu cookiecutter (Isistius brasiliensis). Meskipun hanya sepanjang 40—50 cm, hewan ini memiliki gigitan unik berbentuk bulat yang sering ditemukan di tubuh paus, lumba-lumba, bahkan kapal selam.

Mengutip dari Marine Biodiversity Records bahwa hiu ini punya keunikan lain, yaitu mengganti seluruh baris giginya sekaligus, bukan satu per satu. Selama hidupnya, ia bisa memiliki hingga 465 gigi, yang kemudian ditelan kembali untuk mendaur ulang kalsium. Selain itu, cookiecutter juga memiliki tubuh bercahaya—mereka menyamarkan diri dari bawah dengan bioluminesensi, meninggalkan area gelap di leher untuk mengecoh mangsa.

Fenomena ini menunjukkan betapa cerdasnya strategi bertahan hidup hewan laut. Dengan tubuh kecil tapi “gigi monster,” cookiecutter membuktikan bahwa ukuran tidak menentukan kekuatan.

6. Christmas tree worm, sang pohon natal dari bawah laut

Ilustrasi cacing laut kecil yang mirip pohon natal mini (flickr.com/Arne Kuilman)

Di terumbu karang tropis, ada cacing laut kecil bernama christmas tree worm (Spirobranchus giganteus). Mereka memiliki struktur berwarna cerah—biru, merah, oranye—yang benar-benar menyerupai pohon natal mini.

Berkeley Scientific Journal merilis bahwa bentuk cantik dari spesies ini bukan hiasan semata, melainkan alat pernapasan dan penyaring makanan. Saat terancam, cacing ini segera menarik diri ke dalam tabung pelindung di karang, lalu muncul kembali saat aman. Menurut penelitian, mereka bisa hidup 30–40 tahun di tempat yang sama.

Christmas tree worm adalah simbol bahwa laut bukan hanya keras dan gelap, tapi juga menyimpan ornamen keindahan yang tidak kalah dari dunia darat.

7. Lobster, perilaku unik saat "pacaran"

Ilustrasi lobster yang menggunakan bahasa cinta lewat urin (flickr.com/cabel25)

Lobster pacaran dengan “air seni”. Mungkin terdengar jorok, tapi kenyataannya lobster berkomunikasi saat hendak berhubungan seksual dengan cara menyemprotkan urin ke pasangan. Urin tersebut mengandung feromon yang berfungsi untuk mengatur perilaku seksual dan dominasi. Hal ini telah diteliti dan dipublikasi melalui tesis di Universitas Boston pada tahun 1991.

Lebih lanjut, perilaku seksual dari lobster ini memperlihatkan bahwa komunikasi kimiawi di dunia laut bisa sangat beragam. Tidak hanya suara atau cahaya, tapi juga aroma dan cairan tubuh. Bagi lobster, “air seni cinta” ini adalah bagian penting dari ritual reproduksi.

Meskipun bagi manusia terdengar menjijikkan, bagi lobster inilah bahasa cinta yang sesungguhnya. Evolusi kadang menciptakan cara yang mengejutkan untuk mempertahankan keturunan.

Samudra selalu menjadi panggung pertunjukan aneh evolusi. Dari cumi vampir yang hidup di kegelapan, hingga cacing mini berwarna-warni seperti pohon Natal, semua membuktikan bahwa kehidupan selalu menemukan cara untuk bertahan. Laut bukan sekadar tempat indah, tetapi juga laboratorium terbesar di bumi.

Melihat makhluk-makhluk ini, kita seolah sedang menatap makhluk dari planet lain. Bedanya, mereka ada di bumi—menunggu untuk dipahami, dijaga, dan dihargai. Jadi, lain kali kamu menatap lautan, ingatlah bahwa di bawah permukaannya, dunia yang lebih aneh dari fiksi sedang berdenyut dengan kehidupan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team