Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Jamur Kusam dan Suram
Ilustrasi jamur kusam dan seram tapi bisa jadi obat dan lezat (inaturalist.org/boris_yur)

Intinya sih...

  • Jamur maitake, si kusut penambah imun

  • Bentuknya kusut, bertumpuk seperti karang berwarna cokelat abu-abu.

  • Kaya beta-glucan, meningkatkan sistem imun dan menurunkan kadar gula darah.

  • Jamur reishi, si kayu busuk penyembuh

  • Permukaannya keras, cokelat gelap, dan licin.

  • Mengandung triterpenoid dan polisakarida dengan efek antiinflamasi, antioksidan, hingga antikanker.

  • Jamur turkey tail, si kusam penjaga kekebalan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau lihat jamur berwarna cerah dan cantik, biasanya kita justru harus waspada karena banyak yang beracun. Tapi dunia jamur selalu penuh ironi. Ada juga jamur yang tampak jelek, kusam, bahkan menyeramkan, tapi ternyata aman dimakan, lezat, bahkan dipakai sebagai obat.

Fenomena ini jadi pengingat sederhana bahwa jangan pernah menilai sesuatu hanya dari penampilan luar. Berikut tujuh jamur yang tampak aneh dan jelek, tapi justru bermanfaat luar biasa bagi tubuh manusia.

1. Jamur maitake, si kusut penambah imun

Ilustrasi jamur maitake yang tampak kusut dan bertumpuk (inaturalist.org/ardennennebel)

Bentuknya kusut, bertumpuk seperti karang berwarna cokelat abu-abu. Sekilas lebih mirip gumpalan busuk ketimbang makanan. Namun, di Jepang, jamur ini disebut maitake alias ‘jamur menari’ karena dulu orang sampai menari kegirangan saat menemukannya di hutan.

Penelitian di Jurnal Foods dari The Hongkong Polytechnic University menunjukkan jamur Grifola frondosa ini kaya beta-glucan, senyawa yang mampu meningkatkan sistem imun dan menurunkan kadar gula darah.

Tak heran jamur jelek ini sekarang jadi bahan populer dalam sup sehat dan suplemen herbal.

2. Jamur reishi, si kayu busuk penyembuh

Ilustrasi jamur reishi yang berbentuk seperti kayu busuk atau kerak pohon (inaturalist.org/swetlana_meshcheryagina)

Permukaannya keras, cokelat gelap, dan licin. Dari jauh, jamur reishi tampak seperti kayu busuk atau kerak pohon. Tapi jangan salah, jamur reishi alias lingzhi dijuluki ‘jamur keabadian’ dalam pengobatan tradisional Tiongkok.

Menurut Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, jamur Ganoderma lucidum ini mengandung triterpenoid dan polisakarida yang punya efek antiinflamasi, antioksidan, hingga antikanker.

Bentuknya mungkin menyeramkan, tapi manfaatnya bikin banyak orang berharap panjang umur.

3. Jamur turkey tail, si kusam penjaga kekebalan

Ilustrasi jamur turkey trail yang mirip kipas kayu rusak di pohon lapuk (inaturalist.org/davidebramuzzo)

Dari namanya terkesan cantik, tapi aslinya jamur ini mirip kipas kayu kusam yang tumbuh di batang pohon lapuk. Warnanya berlapis-lapis, cokelat abu-abu, benar-benar tidak menggugah selera.

Namun, Alternative and Complementary Therapies mencatat jamur Trametes versicolor ini mengandung polisakarida-K (PSK), yang digunakan di Jepang sebagai terapi tambahan untuk pasien kanker.

Bentuknya kusam, tapi diam-diam jadi tameng pelindung tubuh manusia.

4. Jamur morel, si spons gosong mahal

Ilustrasi jamur morel yang berongga mirip sarang lebah tapi terkesan seperti spons gosong (inaturalist.org/marcofloriani)

Sekilas jamur ini terlihat aneh, tubuhnya berongga seperti sarang lebah, berwarna cokelat tua, mirip spons gosong. Banyak orang awalnya jijik melihatnya.

Nanun, siapa sangka, morel justru jadi jamur gourmet yang sangat mahal di Eropa dan Amerika. Menurut Pakistan Journal of Food Sciences, jamur Morchella esculenta ini kaya vitamin D, zat besi, dan antioksidan yang baik untuk metabolisme.

Dari tampilan menjijikkan, berubah jadi makanan mewah di meja restoran berbintang.

5. Jamur shiitake, si keriput penyedap dunia

Ilustrasi jamur shiitake yang mirip benda lapuk dan tak menarik (inaturalist.org/scottostuni)

Saat segar, shiitake masih tampak normal. Tapi setelah dikeringkan, bentuknya keriput, cokelat tua, mirip benda lapuk yang tak menarik sama sekali.

Namun jangan salah, shiitake adalah jamur paling populer di dunia. Menurut Progress in Molecular Biology and Translational Science, jamur Lentinula edodes ini mengandung lentinan, senyawa yang terbukti memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Jadi, di balik keriputnya, shiitake adalah bumbu penyedap sekaligus obat alami.

6. Jamur chaga, si arang penyembuh dari Siberia

Ilustrasi jamur chaga yang mirip arang hitam sedang menempel di batang pohon (flickr.com/Björn S...)

Kalau kamu lihat jamur ini, mungkin kamu akan mengira itu hanyalah arang hitam menempel di batang pohon birch. Bentuknya keras, hitam, dan benar-benar tidak enak dipandang.

Akan tetapi, di Siberia dan Eropa Timur, jamur Inonotus obliquus ini direbus jadi teh herbal yang dipercaya meningkatkan stamina. Process Biochemistry menguraikan lewat hasil penelitiannya bahwa jamur chaga kaya akan antioksidan, bahkan berpotensi menekan pertumbuhan sel kanker.

Jelek di mata, tapi luar biasa bagi medis dan kesehatan!

7. Jamur wood ear, si kuping hitam yang bergizi

Ilustrasi jamur kuping yang hitam dan memang mirip telinga manusia sedang menempel di pohon (inaturalist.org/samuelprakashb)

Jamur ini bentuknya tipis, kenyal, dan hitam keabu-abuan. Mirip kuping manusia yang menempel di batang pohon. Banyak orang awalnya geli melihatnya.

Namun, jamur Auricularia auricula-judae ini justru populer di masakan Asia, termasuk capcai atau sup jamur. Menurut Jurnal Food Science and Nutrition, ia mengandung serat tinggi dan senyawa yang baik untuk kesehatan jantung. Bentuknya aneh, tapi manfaatnya bikin banyak orang ketagihan.

Jamur selalu punya dua wajah. Yang cantik bisa mematikan, yang jelek justru jadi obat. Dari maitake yang kusut, reishi yang keras, hingga kuping kayu yang menyeramkan, semua membuktikan satu hal, penampilan bisa menipu, tapi manfaat sejati ada di dalamnya.

Jadi, jangan remehkan jamur yang terlihat buruk rupa. Bisa jadi justru dialah penyelamat hidupmu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team